Noor Huda Ismail, Konsultan Sukses yang Berdayakan Para Napi Teroris

Urusi JI Hitam dan Abu-Abu, Bikin Tambak hingga E-Trading

Noor Huda Ismail, Konsultan Sukses yang Berdayakan Para Napi Teroris
Noor Huda Ismail. Foto : Ridlwan Habib/JAWA POS
   

Ketika masuk Ngruki, dia berkenalan dengan sejumlah nama tenar. Di antaranya yang paling dekat adalah Mubarok, yang kini terpidana seumur hidup karena menjadi operator utama bom Marriott I 2003. Di Ngruki, dia kemudian direkrut masuk Darul Islam (DI). Ini terbawa hingga dia kuliah dobel di IAIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta dan Fakultas Komunikasi UGM. "Ada latihan-latihan militernya juga. Tapi, tidak sepadat dan seserius latihan militer JI," ucapnya.

   

Namun, pada pertengahan 1989, perpecahan melanda DI. Bukan hanya secara internal, tetapi juga dengan kelompok radikal Islam lainnya. Ini membuatnya kecewa. "Saya memutuskan keluar. Bagaimana tidak kecewa, sama-sama salatnya, sama-sama nabinya, tapi malah saling menyalahkan," urainya.

   

Setelah itu, hidupnya berubah menjadi sekuler. Lulus UGM pada 1999, dia berkelana. Dia kemudian menjadi kontributor Washington Post di kawasan Asia Tenggara hingga 2005. Setahun kemudian, dia mendapat beasiswa di Inggris. Temanya: International Security. Dia mempelajari semua faksi politik bersenjata di seluruh dunia.

   

Untuk itu, dia sempat mengunjungi sejumlah hot spot terorisme dunia, terutama Eropa. Dia pernah bertemu mantan anggota Baader Meinhoff di Jerman, Brigatte Rosse di Italia, kelompok separatis ETA di Basque, Spanyol, dan ke Irlandia Utara bertemu tokoh-tokoh IRA. Yang paling berkesan ketika dia berkunjung ke Irlandia Utara. "Di sana program rekonsialiasinya bagus. Pemerintah Inggris benar-benar tanggap bagaimana menangani masalah radikalisasi," urainya.

Pekerjaan Noor Huda Ismail sebagai konsultan di sejumlah perusahaan PMA (penanaman modal asing) sebenarnya sudah sangat mapan. Tapi, dia tak puas

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News