Normalisasi Sungai ala Ahok Merusak Lingkungan

Normalisasi Sungai ala Ahok Merusak Lingkungan
Pengerukan lumpur di Sungai Ciliwung, Kampung Pulo, Jakarta Timur. Foto: Indopos

Dampak lainnya, lanjut Joga, ekosistem di tepian sungai akan mati karena sisi kanan-kiri bantaran sungai di beton. Binatang liar, di antaranya ular, biawak, dan lainnya akan mati yang selanjutnya akan mempengaruhi ekosistem.

Hal tersebut, kata dia, terjadi di negara-negara di Eropa pada dasawarsa '80-an dimana negara-negara di sana membeton bantaran sungai.

"Saat itu terjadi ledakan penyakit lingkungan, ekosistem mati, dan warga di sekitar sungai terkena penyakit," terang dia.

Lebih jauh, imbuhnya, saat negara-negara Eropa meninggalkan betonisasi, membongkar beton di sisi sungai, dan mengembalikan vegetasi alami sungai dengan restorasi sungai, Jakarta justru melakukan sebaliknya.

"Apa yang kita lakukan ini ketinggalan zaman. Pelaksanaan normalisasi yang dilakukan ini hasil perencanaan 20 tahun lalu, tetapi baru dilaksanakan karena baru bisa relokasi. Padahal itu kesalahan yang dilakukan Eropa. Harusnya dievaluasi dulu," jelasnya.

Lebih lanjut, kata Nirwono, proyek yang diprakarsai Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan pemerintah daerah Jakarta itu berjalan tanpa mengantungi izin AMDAL BPLHD Jakarta.

"Berarti ada pelanggaran. Ini contoh yang buruk. Padahal kalau ada AMDAL pasti ketahuan kalau perencanaannya tadi ada kesalahan," tegasnya.

Sementara itu, Pengamat Perkotaan Yayat Supriatna memberikan solusi, agar Jakarta bebas banjir. Salah satunya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus menciptakan kerjasama yang jelas antara pemerintah pusat dan daerah.

 Normalisasi sungai di Jakarta masih berjalan lamban. Dari 14 sungai yang melintasi Ibukota, hanya Sungai Ciliwung saja yang sudah digarap.

Sumber Indopos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News