Nostra Aetate
Oleh: Dahlan Iskan
Ilmu agamanya sendiri didapat sejak masih anak-anak. Sejak SD dia sudah bisa baca kitab klasik pesantren. Kitab gundul.
Gurunya adalah seorang kiai spiritual karismatis di sekitar Jakarta, KH Zahdam, Cikarang.
Dia masih lanjut nyantri ke beberapa kiai terkemuka di antaranya KH Idham Kholid. Juga belajar ulumul Quran dari Sheik Syarif Hidayat Muhammad Tasdiq.
Lalu belajar tasawuf dan filsafat Islam ke Prof Hemati dari Iran dan dari Prof Seyyed Hossein Nasr.
Yang terakhir itu Anda sudah tahu: seorang filsuf sekaligus seorang sufi dari George Washington University, Amerika Serikat. Dia masih keturunan seorang alim dari era Dinasti Safavid, Mulla Seyyed Muhammad Taqi.
Lembaga Vatikan yang memberinya beasiswa itu adalah Nostra Aetate Pontifical Council of Interfaith Dialogue.
Nama ''Nostra Aetate'' diambil dari kata pertama dalam Konsili Vatikan II tahun 1962 yang disahkan tahun 1965.
Saat itulah Gereja Katolik menyatakan bahwa ''Keselamatan'' juga bisa datang dari agama lain selain Katolik. Ini revolusi besar di gereja Katolik: mengakui kebenaran tidak hanya ada di agama Katolik.