Novel Intan Paramaditha Masuk Nominasi Penghargaan Buku Terbaik di Australia
Karyanya dibentuk oleh pengalamannya sendiri, dan buku ini menjalin dongeng dan cerita rakyat Indonesia, tetapi juga menolak ekspektasi stereotip buku dari Asia Tenggara.
"Cerita yang berasal dari Indonesia biasanya diharapkan memiliki unsur tertentu, misalnya unsur trauma, dan ada eksotisme di sana, ada pula unsur budaya tradisional," ujar Intan.
Ia menyebut tulisan perjalanan sering menjadi ranah penulis pria kulit putih, namun dia tertarik pada keistimewaan bepergian - gagasan yang bertahan di era COVID-19, ketika mobilitas dan koneksi virtual lebih sulit di beberapa bagian dunia.
Novel Gentayangan pernah terpilih sebagai karya sastra bidang prosa terbaik pilihan TEMPO tahun 2017.
Intan meraih gelar doktor dalam kajian sinema dari New York University dan alumni Sastra Inggris di Universitas Indonesia dan University of California San Diego.
Saat ini Intan tinggal di Sydney dan mengajar Kajian Media dan Film di Macquarie University.
Rasa diterima bisa ditarik kapan saja
Penulis lain yang karyanya masuk daftar panjang, Elizabeth Tan, menjelaskan koleksi cerpennya, Smart Ovens for Lonely People, menyerupai ruangan terarium - merujuk ke salah satu adegan dalam buku tersebut.
Kisah novel karya Intan Paramadhita ini bermula dari sepasang sepatu merah dan persekutuan dengan jin
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Bintang Sempurna Meraih 3 Penghargaan di Asian Print Awards 2024
- Kipin Meraih Penghargaan Utama di Temasek Foundation Education Challenge
- BTN Raih Penghargaan di Ajang LinkedIn Talent Awards
- Tampil Cantik di Premiere Wicked Australia, Marion Jola Dapat Wejangan dari Ariana Grande dan Cynthia Erivo
- Pupuk Kaltim Kembali Raih Predikat Platinum di Ajang ASSRAT 2024