Novel Intan Paramaditha Masuk Nominasi Penghargaan Buku Terbaik di Australia
Hal itu memicu kemarahan, awalnya lebih ke dalam dirinya sendiri, namun kemudian meluap ke luar dengan cara mengejutkan.
Novel ini bukanlah otobiografi. Sebaliknya, Lim "menciptakan sesuatu yang memiliki makna dan koherensi dengan dirinya sendiri, yang tetap ada dan memiliki nilai terlepas dari apakah saya ada atau tidak".
"Saya pikir perasaan terlantar, tak berwujud dan terasing, seperti boneka berdaging dalam dunia yang penuh permusuhan, bukan hanya dialami oleh mereka yang bermigrasi," ujar Lim.
Di satu sisi, katanya, novel ini melihat apa yang terjadi pada orang-orang ketika terjadi perubahan mendadak pada keadaan mereka.
Lim mengatakan banyak orang Singapura sangat berorientasi ekonomi di Australia, menunjukkan minat pada uang.
"Hal itu mencerminkan transformasi dan lintasan ekonomi yang sangat tiba-tiba di Singapura, dari tempat di mana banyak orang mengalami kemiskinan ke tempat negara yang sangat kaya sekarang," kata Lim.
"Tentu saja, ada ketimpangan yang sangat besar. Ada orang yang masih mengalami kemiskinan, tapi kondisinya telah berubah. Hal itu berpengaruh pada orang," jelasnya.
Kisah novel karya Intan Paramadhita ini bermula dari sepasang sepatu merah dan persekutuan dengan jin
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Mantap! Epson Borong Penghargaan di Ajang Good Design Awards 2024
- Aktif Dorong Reformasi Keuangan, Misbakhun Raih Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Bintang Sempurna Meraih 3 Penghargaan di Asian Print Awards 2024