Novel Intan Paramaditha Masuk Nominasi Penghargaan Buku Terbaik di Australia

Hal itu memicu kemarahan, awalnya lebih ke dalam dirinya sendiri, namun kemudian meluap ke luar dengan cara mengejutkan.
Novel ini bukanlah otobiografi. Sebaliknya, Lim "menciptakan sesuatu yang memiliki makna dan koherensi dengan dirinya sendiri, yang tetap ada dan memiliki nilai terlepas dari apakah saya ada atau tidak".
"Saya pikir perasaan terlantar, tak berwujud dan terasing, seperti boneka berdaging dalam dunia yang penuh permusuhan, bukan hanya dialami oleh mereka yang bermigrasi," ujar Lim.
Di satu sisi, katanya, novel ini melihat apa yang terjadi pada orang-orang ketika terjadi perubahan mendadak pada keadaan mereka.
Lim mengatakan banyak orang Singapura sangat berorientasi ekonomi di Australia, menunjukkan minat pada uang.
"Hal itu mencerminkan transformasi dan lintasan ekonomi yang sangat tiba-tiba di Singapura, dari tempat di mana banyak orang mengalami kemiskinan ke tempat negara yang sangat kaya sekarang," kata Lim.

Kiriman
"Tentu saja, ada ketimpangan yang sangat besar. Ada orang yang masih mengalami kemiskinan, tapi kondisinya telah berubah. Hal itu berpengaruh pada orang," jelasnya.
Kisah novel karya Intan Paramadhita ini bermula dari sepasang sepatu merah dan persekutuan dengan jin
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya
- Benci Tapi Rindu Asing: Tradisi Lama Warisan Orde Baru?
- Benci Tapi Rindu Asing: Tradisi Lama Warisan Orde Baru?
- Sukses Bangun Inovasi, Tugu Insurance Sabet Penghargaan Bergengsi
- Kemendagri Dinilai Patuh Selenggarakan Pelayanan Publik, Ombudsman Beri Penghargaan
- Hasil Babak Grup Piala Asia U-17 2025: Indonesia dan Uzbekistan Digdaya, Australia Apes