Novel Intan Paramaditha Masuk Nominasi Penghargaan Buku Terbaik di Australia
Lim mengatakan meski banyak pembicaraan tentang aspek keterwakilan, keragaman ras dan gender saja tidaklah cukup.
"Saya tidak akan berpikir bahwa keterwakilan, dengan sendirinya, adalah tindakan anti-rasis," katanya.
"Keterwakilan memang perlu, tapi sama sekali bukan kondisi yang cukup bagi upaya pembebasan," tambahnya.
Warisan supremasi kulit putih
Penghargaan ini mengambil nama Stella Maria Sarah Miles Franklin, sebuah alternatif dari Miles Franklin Literary Award, disebut-sebut sebagai penghargaan buku paling bergengsi di Australia yang dibentuk oleh penulis buku My Brilliant Career.
Namun tahun lalu, manajemen penghargaan ini menyatakan pihaknya akan mempertimbangkan kembali nama penghargaan setelah disoroti dengan fasisme karena keterkaitan Miles Franklin dengan Australia First, sebuah kelompok anti semitik.
"Miles Franklin orang fasis. Penghargaan ini tidak seharusnya dinamakan dengan menggunakan namanya," kata Lim.
Tahun lalu, manajemen Stella Prize menyatakan akan mempertimbangkan kaitan antara nama penghargaan ini dengan kolonialisasi.
"Kami akan melakukan refleksi mengenai legasi supremasi kulit putih di dalam kesusastraan nasional kita. Kami menyadari hal ini hanya permulaan, dan masih banyak yang perlu diperbaiki," katanya.
Kisah novel karya Intan Paramadhita ini bermula dari sepasang sepatu merah dan persekutuan dengan jin
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- SIG Raih Peringkat Gold di Ajang Asia Sustainability Reporting Rating Award 2024
- Berkomitmen Terapkan Keuangan Berkelanjutan, BNI Kantongi Gold Rank ASRRAT 4 Tahun Berturut-turut
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Research Week 2024: Apresiasi Kinerja Dosen Untar Hasilkan Karya Ilmiah Berkualitas
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati