November, Inalum jadi BUMN Baru
Hari Ini Wakil RI dan Jepang Bertemu
jpnn.com - JAKARTA - Pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium hingga kini belum menemukan titik temu soal nilai buku pengambilalihan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Kendati demikian, pemerintah memastikan pada 1 November nanti PT Inalum menjadi BUMN baru.
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan, jika tidak terjadi kesepakatan hingga 31 Oktober, Indonesia akan membayar escrow account. Nilai buku yang diminta Jepang bakal disimpan di sebuah rekening bersama atau pihak ketiga yang telah disepakati. Uang itu bersifat sebagai jaminan pembayaran. Jika telah terjadi kesepakatan, pihak Indonesia bakal membayarkannya sesuai jumlah yang disepakati.
"Semua itu sudah ada di master agreement yang ditandatangani 30 tahun lalu. Sepakat atau tidak, pada 1 November nanti Inalum sudah menjadi BUMN baru," jelasnya setelah menerima kunjungan direksi PT Aneka Tambang (Antam) di kantornya kemarin.
Hari ini (20/8) kuasa hukum dari Jepang dan Inalum bakal bertemu untuk menawarkan angka-angka yang diinginkan kedua pihak. Di sana pihak Indonesia akan mengedepankan kepentingan nasional. Pertemuan itu diharapkan dapat mengerucutkan pendapat kedua pihak. Setelah itu, sebelum 30 Agustus, pihaknya menggagas rapat tim perunding Inalum.
"Dalam forum ini kami membahas posisi dan langkah Indonesia jika terjadi kesepakatan atau tidak. Jika nilai buku sudah disepakati, akan mudah. Jika belum, akan dilakukan arbitrase. Harapan kami, jangan sampai menempuh arbitrase karena memakan waktu lama," ucapnya.
Diambilnya Inalum akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan aluminium Indonesia. Saat ini banyak perusahaan yang membuka industri alumina untuk menyuplai kebutuhan bahan ke Inalum. Misalnya, Antam yang sudah menyatakan ketertarikannya. "Antam akan membangun alumina di Kalimantan Barat. Dia ingin menyuplai kebutuhan Inalum," ungkapnya.
Selama ini Indonesia mengekspor bauksit, lalu mengimpor alumina dari Australia. Dengan adanya industri yang bersedia memproduksi alumina, industri aluminium bakal terintegrasi. Selain Antam, perusahaan asal Tiongkok, China Hongqiao Group dan anak perusahaan Maspion Group, juga bakal membangun industri alumina.
Direktur Utama PT Antam Tato Mirza menyebutkan, pihaknya saat ini membangun pabrik metal alumina di Kalimantan Barat. Rencananya, pabrik itu memiliki kapasitas 1,2 juta ton per tahun dengan investasi USD 15 miliar. Saat ini pihaknya memilih partner. Semua partner merupakan perusahaan asing. "Ada beberapa mitra yang kami jajaki. Proses penjajakan ini tidak mudah, kami ingin melihat siapa nanti parner yang terbaik," terangnya.
JAKARTA - Pemerintah Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium hingga kini belum menemukan titik temu soal nilai buku pengambilalihan PT Indonesia Asahan
- Pertamina Hulu Rokan Catatkan Lifting Minyak 58 Juta Barel Sepanjang 2024
- Mowilex Raih Sertifikasi CarbonNeutral untuk Keenam Kalinya
- Awal Tahun, USD Hari Ini Masih Bertengger di Rp 16 Ribuan, Kapan Turun?
- Harga Emas Antam Hari Ini 6 Januari Stabil, Berikut Daftarnya
- 91% Karyawan Puas, Elitery Diakui sebagai Tempat Kerja Terbaik di Indonesia
- YLKI Minta Jangan Ada Protes soal Diskon Listrik ya, Sudah Pas