NTT Jadi Pilot Project Penempatan Pekerja Migran Sektor Kelapa Sawit
jpnn.com, KUPANG - Pemerintah membangun pilot project penempatan tenaga kerja sektor perkebunan kelapa sawit untuk ditempatkan di Malaysia. Daerah yang menjadi pilot project ini adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pilot project ini dibangun melalui kerja sama antara Pemda NTT dengan PT. Felda Global Ventures Holding Berhard (FGV). Kerja sama ini mencakup penempatan tenaga kerja, sekaligus peningkatan kapasitas SDM NTT melalui Pilot Project Penempatan 1.000 orang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal NTT ke perusahaan Kelapa Sawit PT FGV di Malaysia.
Plt. Dirjen Binapenta dan PKK Kemnaker Aris Wahyudi, mengatakan, kerja sama ini merupakan wujud kehadiran Negara dalam memenuhi dan menjamin hak setiap warga negara untuk bekerja. "Upaya kerja sama penempatan ini merupakan wujud kehadiran Pemerintah dalam rangka memenuhi kaidah yang sesuai dengan regulasi UU 18 Tahun 2017, untuk pemenuhan dan menjamin hak setiap warga negara untuk bekerja, guna memperoleh penghasilan dan penghidupan yang layak, serta memperoleh pelindungan, baik bagi PMI maupun keluarganya," kata Aris saat menyampaikan sambutan pada acara penandatanganan MoU antara Pemda NTT dengan PT FGV di Kupang, Jumat (4/10).
Aris menjelaskan, dipilihnya NTT sebagai pilot project, mengingat sebagian besar masyarakat NTT bekerja sebagai PMI. Selain itu, NTT merupakan daerah darurat human trafficking. "Kerja sama ini sekaligus upaya mengatasi masalah Ketenagakerjaan di Provinsi NTT," jelas Aris.
Aris juga menjelaskan dipilihanya PT FGV sebagai mitra kerja sama. Selama ini, Kemnaker telah mendampingi Delegasi Pemerintah Daerah NTT dalam melakukan kunjungan kerja ke perusahaan kelapa sawit FGV di Malaysia. Dari hasil kunjungan tersebut, disimpulkan bahwa FGV merupakan salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Malaysia yang menerapkan standar dan norma-norma ketenagakerjaan internasional sesuai konvensi ILO.
"Sehingga, kepastian pelindungan terhadap PMI yang bekerja di perusahaan tersebut dapat dijamin dalam implementasinya," terang Aris.
Ia menambahkan, sebelum ditempatkan di Malaysia, Calon PMI akan mendapatkan pelatihan di BLK Kupang dan BLK Maumere. Selanjutnya, para Calon PMI akan mendapat sertifikasi yang diselenggarakan BNSP. Pelatihan dan sertifikasi tersebut diselenggarakan secara gratis.
Selanjutnya, para Calon PMI akan mengikuti pelatihan lanjutan di Malaysia selama 6 bulan. Aris memastikan, selama mengikuti pelatihan lanjutan, para Calon PMI akan mendapatkan gaji penuh. "Jadi nanti di 6 bulan itu, walaupun statusnya training, mereka sudah mendapat gaji penuh sesuai Upah Minimum setempat," terangnya.
Ia berharap, pilot project ini dapat menjadi gambaran penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan aturan yang baru. "Besar harapan kami semoga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan lancar," ujarnya.
Pemerintah membangun pilot project penempatan pekerja migran Indonesia sektor perkebunan kelapa sawit untuk ditempatkan di Malaysia.
- Menaker Yassierli dan Mendagri Tito Gelar Rakor, Bahas PHK hingga Upah Minimum 2025
- Menaker Yassierli Bertekad Pertahankan WTP Lewat Penguatan Integritas Pegawai
- Raker dengan Komisi IX DPR, Menaker Yassierli Paparkan Arah Kebijakan Ketenagakerjaan
- Jenazah WHV Asal Indonesia Belum Dipulangkan, Penyebab Kecelakaan Masih Diselidiki
- Bea Cukai Edukasi Ratusan PMI Menjelang Keberangkatan ke Korea Selatan
- Tangis Buruh Sritex Pecah Seusai Wamenaker Immanuel Ebenezer Memastikan Tidak Ada PHK