NU Bantah Larang Salati Jenazah Koruptor
Sabtu, 21 Agustus 2010 – 20:02 WIB
Dalam tradisi para kiai, lanjutnya, beberapa saat setelah salat jenazah seorang imam salat -yang biasanya kiai- mengajak persaksian kepada para jamaah bahwa jenazah ini orang saleh, baik. Kemudian jamaah salat menjawab, ‘benar, dia orang baik’.
Baca Juga:
“Jika memang dia divonis koruptor, lalu imam salat, kiai mengajak bersaksi bahwa dia itu baik, apa mungkin? Dalam konteks inilah keputusan itu diambil bahwa untuk para ulama tidak perlu mensalati koruptor, selain ulama silahkan saja, termasuk warga nahdliyin," ulasnya.
Begitu juga dengan kontroversi soal “koruptor itu kafir” yang diasosiasikan sebagai cermin pemikiran NU, Sulthan mengatakan, NU tidak pernah membahasnya, baik secara eksplisit maupun implisit. “Muktamar NU ke 5 Tahun 1930 telah menjelaskan jenis-jenis “kafir” sebagai terma yang hanya dalam lingkup teologi Islam, karena itu NU tidak pernah menggolongkan koruptor, pencuri, dan sejenisnya sebagai kafir," pungkasnya. (sam/jpnn)
JAKARTA -- Kontroversi koruptor disalatkan atau tidak terus menuai tanggapan. Pernyataan Ketua Umum Muhammadiyah, Prof. Dr. Din Syamsuddin yang menegaskan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Sidang Korupsi Timah: Suparta Diberi Pidana Tambahan, Penasihat Hukum Minta Dipertimbangkan
- Natal Penuh Kasih dan Sukacita: KKR Natal GBI HMJ Kota Wisata Cibubur Berlangsung Meriah
- Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni Hilang, TNI Kerahkan Pasukan
- Soal Kenaikan PPN 12 Persen, Wihadi Sebut PDIP Buang Muka
- Cuaca Hari Ini: Hujan Berpotensi Mengguyur Mayoritas Kota Besar di Indonesia
- INSPIRA Sebut Kapolri Sigit Bawa Perubahan di Polri