Nurul Jadid
Oleh Dahlan Iskan
Ia belum tahu kapan bisa kembali ke Guangzhou. Namun profesor pembimbingnya di sana membuat target bahwa tahun depan Novi sudah harus maju disertasi. Kelihatannya ia akan menulis desertasi tentang Tionghoa Islam di Asia Tenggara.
Selama libur Covid-19 ini Novi pulang ke Situbondo. Ia memanfaatkan waktu untuk menanam sengon di tanah milik ayahnya.
Ia juga mulai menanam porang seluas 3 hektare di lereng gunung itu. "Kalau bisa saya ingin jadi pengusaha," katanya.
"Dapat pacar di Xiamen? Atau di Guangzhou?" tanya saya.
"Pacar saya di dekat Situbondo. Alumnus Nurul Jadid dan Pondok Modern Gontor," jawab Novi.
Kemarin Novi ke Surabaya. Itu karena diminta Bu Risma, wali kota Surabaya untuk menjadi penerjemah tamu dari Tiongkok. Namun tamu itu ternyata batal datang.
Saat kuliah, Novi memang pernah menjadi penerjemah Risma waktu berkunjung ke Xiamen. Waktu itu Pemkot Surabaya minta agar Pemda Xiamen menyediakan penerjemah. Ternyata Pemda Xiamen menunjuk Novi.
Sejak itu setiap ada rombongan dari Surabaya Novi lah yang diminta menjadi penerjemah.