Nyalla Bukan Otak Fitnah, Isu PKI Masih Mungkin Sasar Jokowi
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Maksimus Ramses Lalongkoe menduga pengakuan La Nyalla M Mattalitti soal fitnah kepada Joko Widodo tak akan serta-merta menghentikan upaya pembunuhan karakter terhadap presiden yang beken disapa dengan panggilan Jokowi itu. Menurutnya, mantan politikus Gerindra itu bukanlah otak di balik fitnah sehingga upaya menyudutkan Jokowi akan terus terjadi pada kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
"Jadi, isu itu bisa berakhir bisa juga tidak. Tergantung sejauh mana lawan politik Jokowi memainkan isu itu," ujar Maksimus kepada JPNN, Senin (17/12).
Maksimus menambahkan, sebenarnya isu komunis sudah tak efektif lagi untuk menggerus elektabilitas Jokowi. Sebab, mantan gubernur DKI itu baru berusia empat tahun saat G 30 S PKI terjadi pada 1965.
Selain itu, Jokowi juga pernah bekerja di PT Kertas Kraft Aceh (KKA) yang notabene. Maksimus menegaskan, tak mungkin di era Orde Baru ada PKI atau keturunannya bekerja di BUMN.
Meski demikian Maksimus juga mengatakan, jika fitnah soal Jokowi komunis dan nonmuslim masih efektif untuk memengaruhi pemilih, maka isu itu akan terus diproduksi. Karena itu, masif atau tidaknya isu Jokowi komunis dan nonmuslim akan tergantung pada lawan politiknya.
“Jika merasa masih efektif, mereka akan tetap memainkannya. Apalagi isu ini kan belum tentu awal mulanya dari La Nyalla," kata direktur eksekutif Lembaga Analisis Politik Indonesia itu.(gir/jpnn)
Pengamat politik Maksimus Lalongkoe menduga pengakuan La Nyalla Mattalitti soal fitnah kepada Jokowi tak akan serta-merta menghentikan upaya menyudutkan Jokowi.
Redaktur & Reporter : Ken Girsang
- Pertemuan RK dengan Prabowo dan Jokowi Jadi Sinyal KIM Plus Tegak Lurus Dukung RIDO
- Golkar DKI: Dari Awal Pak Prabowo & Pak Jokowi Mendukung Ridwan Kamil
- Setelah Makan Bareng Prabowo, Ridwan Kamil Sowan ke Jokowi di Solo
- Luthfi-Yasin Dapat Wejangan Langsung dari Jokowi Jelang Debat Pilgub Jateng
- Jokowi Makin Terbuka Dukung Luthfi-Yasin di Pilgub Jateng, Lihat!
- Bicara Cadangan Devisa Era Prabowo, Arief Poyuono Singgung Era Mulyono