Nyawa Sendiri Terancam, Doni Monardo Menyelamatkan Banyak Orang

Nyawa Sendiri Terancam, Doni Monardo Menyelamatkan Banyak Orang
Doni Monardo meninggal dunia pada Minggu (3/12) pukul 17.35 WIB di RS Siloam, Semanggi, Jakarta. Foto: Dokumentasi MIND ID

Ketika itu Doni punya program unggulan: anggota Kopassus-muda harus jadi juara di bidang masing-masing. Ada judo. Karate. Mendaki gunung. Dan banyak lagi.

Nah, Maruli adalah juara judo. Lalu Pangdam Tanjungpura sekarang Mayjen TNI Iwan Setiawan juara mendaki gunung.

"Tim Mayjen Iwan membuat sejarah bagi Indonesia: berhasil mencapai puncak Everest. Bendera merah putih berkibar di sana. Kopassus-lah pengibarnya," ujar Dahlan.

Menurut Dahlan, sebelum pertemuan di pabrik plastik ramah lingkungan itu, dia bertemu Doni yang menjabat kepala BNPB di pusat pengendalian Covid-19.

Setelah menjalani berbagai tes, Dahlan diizinkan masuk ke ruang kerja sekaligus tempat tinggal almarhum saat itu.

Selama menjadi komandan pengendalian Covid, Doni tidak pernah pulang. Tidurnya pun di sebelah ruang kerja itu dengan tempat tidur lipat yang biasa dipakai di barak tentara.

"Waktu beliau habis untuk urusan Covid. Siang-malam. Itulah Doni Monardo. Anak Minang yang lahir di Cimahi, dekat Bandung," ujar Dahlan.

Ayah Doni seorang tentara yang hidup berpindah-pindah. Begitu pula Doni yang menyelesaikan SMA di Padang. Lalu masuk akademi militer di Magelang. Angkatan 1985.

Dahlan Iskan mengenang pertemuan serta jasa Almarhum Letjen TNI (Purn) Doni Monoardo bagi bangsa meski nyawa mantan Danjen Kopassus itu sendiri terancam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News