Oalah! Aktivitas Tambang Batu Ini Sudah Hancurkan Lingkungan

Memang diakui pekerjaan saat itu sulit di dapat. Namun untuk kepentingan bersama yang lebih jauh, pengrusakan lingkungan bukanlah cara terbaik mengais rezeki.
“Waktu itu belum melibatkan SKPD manapun. Ternyata bisa dengan cara memanggil para pengangkut pasir dan batu. Kemudian kami berikan penjelasan, baik soal kerusakan yang terjadi maupun sanksi yang akan dikenakan jika merusak lingkungan. Alhamdulillah aktifitas itu stop. Tapi setelah saya pindah dari Disbudpar, aktivitas tambang batu dan pasir muncul lagi sampai sekarang,” tambahnya.
Bahkan kata Ishak, tidak hanya di Lubuk Pelawan yang dulu begitu terkenal sebagai tempat pemadian Engku Ampuan Zahara, tepat 1 kilometer di atasnya terdapat Lubuk Muncung, yang menjadi sumber air warga Daik juga telah dilakukan pengerukan batu dan pasir.
“Akibatnya, tahun lalu sudah kita rasakan bersama-sama. Saat kemarau, sumber tersebut sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi,” timpal Ishak lagi.
Lebih jauh, aktifitas yang lepas dari kendali dan pemantauan pemerintah tersebut, kini beroprasi tepat di komplek perkantoran Pemkab Lingga. Sedang saat musim kemarau, lokasi tersebutlah yang digunakan oleh PDAM mengambil air bersih untuk disalurkan kepada masyarakat.
“Saya sangat berkeyakinan, masalah ini bisa diatasi kalau semua steakholder memahami tugas fungsinya masing-masing,”tutup Ishak. (mhb/ray/jpnn)
LINGGA - Penambangan batu dan pasir secara liar di daerah aliran sungai (DAS) Daik maupun Tanda Hulu, Kepulauan Riau masih berlanjut. Belum ada tanda-tanda
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Iskandar Ditangkap Polisi di Ogan Ilir, Ini Kasusnya
- Kawasan Hutan Lindung TNTN Terbakar, Diduga Akibat Pembukaan Lahan Ilegal
- Pembangunan Sekolah Rakyat di Kota Bandung Terkendala Lahan
- Hari Kartini, Pramono Gratiskan Pengurusan SIM untuk ASN dan Wartawan Perempuan
- Siswa SMAN 1 Bandung Siap Perjuangkan Lahan Sekolah Setelah Kalah Gugatan
- Kecelakaan Innova Hantam Pemotor yang Menyalip, 3 Orang Tewas