Obama Bilang, AS Tak Akan Perangi Islam
Minggu, 12 September 2010 – 09:04 WIB
Di Ground Zero, para keluarga korban membawa potret sanak saudara mereka yang tewas dalam teror 9/11. Setelah lagu kebangsaan dilantunkan, nama-nama para korban disebut satu persatu. Keluarga pun menitikkan air mata saat mengenang sanak saudara mereka. "Kita datang (dalam peringatan ini) bukan untuk berduka cita, tapi mengenang dan membangun kembali (yang telah ditinggalkan para korban)," kata Biden.
Peringatan di Ground Zero diwarnai unjuk rasa dua kelompok yang mendukung atau menentang pembangunan masjid dan Islamic Center. Pengunjuk rasa yang mendukung menyebut bahwa umat Islam di AS selama ini dianggap buruk akibat serangan 9/11. "Kami berdiri bersama untuk menolak stereotipe itu," kata Susan Lerner, direktur Common Cause New York. "Kami menolak ide untuk membatasi keberadaan kelompok (beragama) tertentu di wilayah manapun di kota ini," lanjutnya.
Para demonstran anti-masjid, yang dipimpin oleh kelompok ultrakonservatif, menyiapkan aksi besar-besaran kemarin. Beberapa di antaranya menuduh rencana pembangunan Islamic Center itu sebagai upaya menghormati para teroris 9/11. Mereka pun mendesak supaya umat Islam tidak diizinkan untuk membangun tempat ibadah di dekat Ground Zero.
Sementara itu, ancaman pendeta Terry Jones untuk membakar Alquran akhirnya tidak jadi dilaksanakan. Padahal, Jones yang tiba di New York Jumat malam telah melakukan kampanye untuk mencari dukungan.
WASHINGTON - Presiden AS Barack Hussein Obama kembali angkat suara soal polarisasi tajam di kalangan warganya soal Islam. Presiden kulit hitam
BERITA TERKAIT
- Beda dengan Prabowo, Trump Tunjuk Utusan Khusus Presiden untuk Atasi Krisis Ukraina
- Wapres Sara Duterte Digugat Pidana oleh Kepolisian Filipina
- Rawhi Fattuh Jadi Calon Kuat Presiden Palestina, Siapakah Dia?
- Mahmoud Abbas Keluarkan Dekrit Demi Penggantinya di Jabatan Presiden Palestina
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan