Obat Batuk Umum Berpotensi Sebabkan Alergi Anestesi Saat Operasi
Satu dekade yang lalu, Norwegia memiliki 10 kasus anafilaksis selama operasi lebih banyak ketimbang tetangganya, Swedia.
Populasinya sangat mirip kecuali di satu hal - Norwegia mencatat rekor penggunaan ‘pholcodine’ yang tinggi, sementara di Swedia, zat itu dilarang.
"Pada tahun 2007, perusahaan obat yang memproduksi ‘pholcodine’ di Norwegia. dengan sukarela mencabutnya dari pasar," kata Dr Michael.
"Dan sejak saat itu, jumlah reaksi alergi terhadap pelega otot telah menurun dan tingkat antibodi dalam populasi juga telah menurun," tambahnya.
Berdasarkan penelitian itu, Perancis, salah satu dari sedikit negara di dunia yang banyak menggunakan ‘pholcodine’ selain Australia, akhirnya menetapkan pembelian ‘pholcodine’ harus disertai resep.
Dr Michael mengakui, bukti hubungan antara ‘pholcodine’ dan anafilaksis tidak konklusif, namun ia mengatakan, karena kelangkaan alergi itu, membuktikannya tanpa keraguan praktis tidak mungkin, karena jutaan orang akan perlu untuk diuji.
Keterkaitan antara obat batuk dan reaksi alergi disebut ' tidak konsisten'
Namun regulator obat Australia, ‘Therapeutic Goods Administration’ (TGA), menolak permintaan himpunan alergi anestesi untuk membatasi ‘pholcodine’, setelah pihaknya melakukan analisis sendiri.
Para dokter anestesi di Australia menyerukan agar lebih dari 50 merk obat batuk dibatasi, karena adanya kekhawatiran bahwa obat batuk umum yang biasa
- Misinformasi Soal Kenaikan PPN Dikhawatirkan Malah Bisa Menaikkan Harga
- Dunia Hari Ini: Mantan Menhan Israel Mengundurkan Diri dari Parlemen
- Dunia Hari Ini: Pemerintah Korea Selatan Perintahkan Periksa Semua Sistem Pesawat
- Jakarta Punya Masalah Kucing Liar, Penuntasannya Dilakukan Diam-diam
- Dunia Hari Ini: Ada Banyak Pertanyaan Soal Kecelakaan Pesawat Jeju Air
- Sejumlah Berita dari Indonesia yang Menarik Perhatian Australia di 2024