Obat Diabetes Bisa Membantu Memblokir Penarikan Nikotin
Dalam studi tersebut, para peneliti berfokus pada mengaktifkan enzim yang dikenal sebagai AMPK, yang menstimulasi pemecahan glukosa untuk energi.
Ditemukan bahwa jalur AMPK diaktifkan pada mamalia setelah penggunaan nikotin kronis, tetapi tertekan selama penarikan nikotin.
" Ini adalah studi pertama yang meneliti hubungan AMPK dengan ketergantungan nikotin," kata Kim, seperti dilansir laman MSN, Rabu (25/7).
Metformin, yang bisa merangsang AMPK, kemudian digunakan untuk melihat apakah itu bisa mengurangi atau sepenuhnya menghilangkan gejala penarikan nikotin.
Jika diberikan dalam dosis yang tepat, para peneliti berpikir obat diabetes bisa mengobati gejala penarikan tanpa efek samping menekan produksi glukosa.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tikus telah mengatasi semua efek negatif dari penarikan seperti kecemasan tetapi tidak mengalami perubahan dalam berat badan, konsumsi makanan atau kadar glukosa.
" Kemanjuran praklinis yang terbukti dari metformin dalam meredakan gejala penarikan bersamaan dengan profil keamanannya yang mapan untuk pengobatan diabetes harus mendorong peneliti untuk menerjemahkan temuan ini ke dalam uji klinis masa depan untuk tingkat abstinensi kontinu yang lebih tinggi pada perokok,” menurut para peneliti.
Kim menyatakan bahwa metformin memiliki "potensi nyata" untuk menjadi alat penghentian merokok yang aman dan kuat jika uji klinis bisa mengkonfirmasi temuan studi tikus. (fny/jpnn)
Menurut hasil studi tikus, obat diabetes yang aman dan murah berpotensi menjadi alat untuk memerangi kecanduan nikotin.
Redaktur & Reporter : Fany
- Pakar Kesehatan Sebut Nikotin Bukan Penyebab Kanker
- Inilah Beberapa Tanaman Herbal Obat Diabetes, Simak Penjelasan Dokter Afifah
- Jumlah Pengidap Diabetes Tembus 19,4 Juta, KK Indonesia Luncurkan Vitayang Milchrom
- Kajian Ilmiah Produk Tembakau Alternatif Perlu Didukung Semua Pihak
- Daewoong Segera Rilis Obat Diabetes Baru, Targetkan USD 81,4 Miliar di Pasar Global
- Benarkah Produk Tembakau Alternatif Lebih Rendah Risiko? Begini Kata Dokter Spesialis Paru