Obat ini Diklaim Menurunkan Risiko Kematian Akibat COVID-19, Faktanya Begini
"Waktu April itu diputuskan penelitian diteruskan hanya pada mereka yang belum masuk rumah sakit, yang hasilnya baru diumumkan 1 Oktober ini," kata Prof. Tjandra Yoga Aditama.
Pria yang pernah menjabat sebagai Direktur WHO Asia Tenggara dan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes ini lebih lanjut memaparkan hasil penelitian yang ada.
Disebut, 40 persen sampel menunjukkan efikasi molnupiravir konsisten pada berbagai varian yang ditemukan, yaitu Gamma, Delta, dan Mu.
Kendati begitu, kemanjuran obat dikatakan mencapai 50 persen lebih rendah dari antibodi monoklonal yang digunakan untuk mengobati orang berisiko tinggi terkena COVID-19 bergejala ringan atau sedang.
Penelitian menunjukkan antibodi tersebut mengurangi rawat inap dan kematian hingga 85 persen di antara pasien tersebut.
Namun, para ahli seperti dikutip dari The New York Times mengatakan pil antivirus kemungkinan besar akan berdampak lebih besar pada COVID-19 daripada antibodi yang rumit.
Karena pil dapat menjangkau lebih banyak orang.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui pedoman terbaru 'WHO Therapeutics and COVID-19: living guideline' yang diterbitkan pada 24 September 2021 memberikan rekomendasi pada beberapa obat kombinasi antibodi monoklonal netralisasi.
Obat yang diproduksi perusahaan farmasi asal Amerika Serikat ini diklaim menurunkan risiko kematian akibat COVID-19, faktanya seperti ini.
- IDI Jawa Tengah Bagikan Info Jenis Obat Pengidap HIV/AIDS
- Redakan Gusi Bengkak dengan Mengonsumsi 3 Obat Ini
- Usut Kasus Korupsi di Kemenkes, KPK Periksa Dirut PT Bumi Asia Raya
- Polisi Bongkar Pabrik Obat Keras Ilegal di Tasikmalaya, Omzet Miliaran Rupiah
- 3 Jenis Obat yang Aman Dikonsumsi Penderita Asma
- Tips Menggunakan Aplikasi Pengingat Minum Obat untuk Pasien Penyakit Kronis