Obituari Rukin Firda, Perginya Jurnalis Pro-Edukasi
Tak hanya Meliput, Tapi Menulis dengan Jiwa
Duka mendalam juga dirasakan para sahabat Rukin Firda. Prof DrLuthfiyah Nurlaela MPd pun merasakan kehilangan yang teramat sangat. Dia mengibaratkan, saat ini, dia dan teman-temannya seperti burung yang kehilangan sayap. Lelah, lunglai akibat kesedihan. ”Pak Rukin itu orang yang sangat helpful, lurus, jujur. Bukan hanya saya yang merasakan itu, tapi juga teman-teman lainnya,” katanya.
Menurut dia, keterlibatan Rukin di kegiatan PPG (Pendidikan Profesi Guru) sangat berarti. Dia selalu dinanti. Saat diajak ke daerah pelosok pun dia tidak pernah menolak. ”Pak Rukin itu yang terbaik,” lanjut dia. Bapak tiga anak itu tidak pernah pilih-pilih ”pekerjaan” saat terlibat dalam berbagai kegiatan. Dari melakukan kerjaan kasar seperti tukang angkot hingga pekerjaan yang membutuhkan konsep dan pemikiran yang sulit serta kompleks pun dapat dilakukan.
Karena itu, setelah Rukin tiada, Luthfiyah dan teman-teman kebingungan mencari penggantinya. Banyak kegiatan di PPG yang dikerjakan. Bahkan, dia juga bersedia menulis buku hingga menjadi editor. Kerja total, all outyang menjadi ciri khas Rukin sulit ditemukan pada banyak orang.
”Jauh sekali dari pemikiran dia nanti kalau bekerja dapat apa, dapat seberapa besar. Kami sangat kehilangan. Belum temukan orang sebaik Pak Rukin,” tegas guru besar Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu.
Di kelas literasi yang diampu Rukin, banyak mahasiswa yang dekat dengannya. Ada 30 hingga 35 mahasiswa yang menjadi peserta di kelas tersebut menganggap Rukin bukan sebagai pengajar saja. Lebih dari itu, dia juga bisa menjadi sosok orang tua. Sebab, dia tidak hanya mengajarkan tentang menulis. Rukin juga memberi contoh tentang kehidupan.
Rukin merasa senang berbagi ilmu pengetahuan. Bahkan, dia memiliki target agar para peserta PPG bisa menulis artikel populer yang dapat dimuat di media massa. ”Beliau tidak pernah mengeluh. Padahal, tidak dibayar sama sekali. Benar-benar tidak dibayar,” lanjut ujar Lutfiyah.
Luthfiyah mengaku, dirinya dan Rukin beserta istrinya, Tri Yuniarie, sudah seperti saudara. Saat mahasiswa mereka aktif di berbagai kegiatan. Bahkan, kemarin Luthfiyah dan Rukin memiliki jadwal bersama untuk menghadiri acara Halalbihalal di Mapala. Tapi, Luthfiyah yang tiba duluan di tepat acara tidak pernah bisa berjumpa dengan temannya Rukin Firda.
Dia mendapat kabar duka dari keluarga yang mengabarkan karibnya saat mahasiswa itu telah tiada. ”Antara percaya dan tidak saat tadi lihat pusaranya,” kata Luthfiyah.
SABTU kemarin (2/8), wartawan dan redaktur senior Jawa Pos Rukin Firda, berpulang. Bukan hanya koran ini yang berduka. Para aktivis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408