Ogah Presiden 3 Periode, Letkol Baret Merah Gerakkan Kudeta
jpnn.com, CONAKRY - Salah satu unsur militer di Guinea mengambil alih kekuasaan dari Presiden Alpha Conde, Minggu (5/9). Pelaku kudeta itu ialah pasukan khusus Guinea di bawah komando Letkol Mamady Doumbouya.
Begitu memegang komando pemerintahan, Mamady langsung mengeluarkan perintah kepada para anggota kabinet untuk berkumpul. "Setiap penolakan untuk hadir akan dianggap sebagai pemberontakan," katanya.
Suara tembakan berkumandang di Distrik Kaloum di Conakry yang menjadi ibu kota Guinea saat Mamady dan anak buahnya menyasar Presiden Conde.
Di distrik itulah pasukan khusus Guinea terlibat bentrok bersenjata dengan tentara pendukung presiden yang telah berkuasa sejak Desember 2010 tersebut.
Namun, aktivitas warga negeri di sisi barat Afrika itu tampak sudah normal. Pertokoan di Conakry tetap buka dan lampu lalu lintas juga beroperasi seperti biasa.
Sebuah video yang beredar memperlihatkan Presiden Conde yang baru saja dipereteli tampak kusut terduduk di sofa. Tokoh berusia 83 tahun itu terlihat enggan menjawab pertanyaan dari tentara di depannya.
Letkol Mamady merupakan mantan perwira legiun asing Prancis. Menurutnya, pemerintahan Presiden Conde telah melakukan salah urus terhadap negerinya.
“Guinea itu cantik. Kami tidak perlu memerkosa Guinea lagi, kami hanya perlu bercinta dengannya,” ujar Mamady Doumbouya.
Komandan Pasukan Khusus Guinea Letkol Mamady Doumbouya memimpin anak buahnya mengambil alih kekuasaan dari Presiden Alpha Conde.
- Kartu Merah Memicu Amarah, Bentrok Suporter Mengerikan, 56 Orang Meninggal Dunia
- Cacar Monyet Jadi Masalah Kesehatan Publik Utama di Afrika
- Afrika Minta Barat Kucurkan Rp 9,2 T untuk Penanganan Cacar Monyet
- China Janji Guyur Afrika dengan Hibah Militer Rp 2,1 T
- Menparekraf: HLF-MSP dan IAF ke-2 2024 Perkuat Citra Indonesia di Kawasan Afrika
- Tutup Forum Parlemen RI-Afrika, Puan: Lawan Kebijakan yang Hambat Kemajuan Negara Berkembang