Oh Indahnya...Band Gereja Kolaborasi dengan Grup Rebana

Oh Indahnya...Band Gereja Kolaborasi dengan Grup Rebana
DAMAI: Masjid, Gereja dan Pura hanya dibatasi pagar di Desa Mopuya Selatan, Kecamatan Dumoga Induk, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Foto: HARRY TRIATMOJO/RADAR BOLMONG/Jawa Pos Group


MERAWAT kerukunan antarumat beragama. Merawat toleransi. Nyangkruk santai antartokoh agama tiap kali isu sektarian merebak adalah salah satu kiat Desa Balun, Lamongan, Jawa Timur, menjaga agar konflik tidak terjadi. 

Sementara, di Mopuya Selatan, Sulawesi Utara, antarumat saling terlibat dalam perayaan hari raya. 

RISTA R.C., Lamongan-HARRY T.A., Bolaang Mongondow 

KEBAKTIAN pagi itu memang telah selesai. Tapi, beberapa jemaat yang tersisa masih berbincang santai. Anak-anak pun dengan riang bergantian memasuki ruang utama gereja.

Pada Kamis pagi dua pekan lalu itu (5/5), tak tampak polisi yang berjaga di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Lamongan di Desa Balun, Jawa Timur, tersebut. Barangkali memang tak perlu. 

Sebab, sama sekali tak ada jejak kecemasan pada perayaan Kenaikan Yesus yang keesokan harinya diikuti perayaan Isra Mikraj itu. ”Di sini aman. Tidak perlu ada penjagaan ketat,” kata Kepala Desa Balun Khusyairi kepada Jawa Pos.

Ketika Indonesia belakangan kian sering dihajar insiden bermotif sektarian, Balun, yang terletak di Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, adalah teladan. Sebab, di desa berpenduduk 5.200 orang tersebut, toleransi, nilai luhur negeri ini, terus diuri-uri (dirawat). 

Dari dekade demi dekade, 76 persen warga Balun yang memeluk Islam hidup dalam harmoni dengan umat Kristen (11 persen) dan Hindu (13 persen). Saling menghormati kebebasan beribadah. Saling akrab dalam perayaan agama mereka. Bergotong royong tanpa memandang perbedaan.

MERAWAT kerukunan antarumat beragama. Merawat toleransi. Nyangkruk santai antartokoh agama tiap kali isu sektarian merebak adalah salah satu kiat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News