O'Jack, Ojek Berargometer Pertama di Indonesia yang Semakin Banyak Pelanggan

Siap Siaga 24 Jam, Tarif Rp 2.000 Per Kilometer

O'Jack, Ojek Berargometer Pertama di Indonesia yang Semakin Banyak Pelanggan
Foto: JPPhoto
Karena bisnis itu menjanjikan, Nanang mengaku mendapat tawaran dari beberapa koleganya untuk membuka franchise O"Jack. Beberapa rekanan bisnisnya asal Kota Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar meminta pria asal Jombang itu segera mengembangkan nama O"Jack di daerah-daerah tersebut.

"Saya belum bisa memberikan jawaban kepada mereka. Sebab, O"Jack di Jogja ini saya anggap proyek trial and error dulu," kata Nanang. Alumnus Universitas Brawijaya, Malang, itu berencana mematangkan dulu beberapa aspek internal O"Jack sebelum merilisnya menjadi usaha waralaba.

Nanang mengatakan, proyek O"Jack sebenarnya wujud dari "balas dendam"-nya kepada penyedia jasa ojek. Pria berusia 30 tahun itu pernah mengalami pengalaman kurang mengenakkan ketika menggunakan jasa ojek di luar Kota Jogja beberapa tahun lalu.

"Saya pernah ditipu ojek. Masak mengantar satu kilometer saja kena Rp 30 ribu?" ucap Nanang. Bagi pria lajang tersebut, bukan masalah jumlah uang yang dikeluarkan yang membuat sakit hati. Tapi, justru penipuan oleh si tukang ojek yang membuat dirinya kecewa berat. Nanang lantas berpikir, alangkah baiknya jika ada satuan baku soal ongkos ojek. Maka, penyuka soto itu mengutak-atik beberapa barang elektronik. Salah satu di antaranya, argometer taksi. Dan hasilnya, argometer pada O"Jack itulah karyanya.

Argometer tak hanya dipasang pada taksi. Di Jogja, sudah ada ojek yang tarifnya ditentukan oleh argometer. Karena itu baru pertama di Indonesia,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News