OJK Minta BPR Terapkan Pendekatan Baru
Pihaknya bersama Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) telah mempersiapkan beragam inisiatif untuk menjawab tantangan dihadapi BPR.
”Saya kira usaha tidak boleh putus dan setiap inisiatif juga belum tentu menjawab tantangan secara tuntas,” imbuhnya.
Aspek kenyamanan dan kemudahan, imbuh Muliaman, relatif sering dipertanyakan.
Apalagi, suku bunga di BPR dinilai relatif tinggi. Itu karena belum ada branding dan kepercayaan terhadap BPR.
Apabila kepercayaan masyarakat terhadap BPR semakin besar, suku bunga akan menyesuaikan.
”Karenanya, kami ingin BPR masuk pasar melayani pedagang-pedagang dan sektor informal. Sumber daya manusia (SDM) dan penerapan prinsip tata kelola (GCG) harus dibenahi,” tegasnya.
Untuk menjawab problem industri BPR, OJK telah melakukan penguatan industri.
Caranya melalui penerbitan rangkaian ketentuan memperkuat pengaturan kelembagaan, prudential banking, teknologi informasi, manajemen risiko dan tata kelola (GCG), dan kegiatan usaha sesuai kapasitas permodalan, serta kajian pengembangan produk dan layanan serta strategi branding.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta Bank Perkreditan Rakyat (BPR) aktif membuka akses keuangan masyarakat.
- OJK: Hadirnya PP 47/2024 Berdampak Positif Bagi Keberlangsungan UMKM ke Depan
- Prudential Indonesia Berdayakan Lebih dari 20 Juta Perempuan Cerdas Kelola Keuangan
- Kasus Pemilik Saham BPR Fianka Cairkan Deposito Nasabah, OJK Riau Bergerak
- Peruri dan BPR Percepat Layanan Keuangan Digital bagi UMKM
- ISACA Indonesia Dorong Penguatan Keamanan Digital dan Tata Kelola Teknologi
- Soal Dampak Green Bond, BNI Bisa Jadi Contoh dan Acuan Bagi Sektor Perbankan di Indonesia