Ojo Kesusu, Ojo Keliru

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Ojo Kesusu, Ojo Keliru
Presiden Joko Widodo menyapa massa saat kegiatan relawan "Komunitas Sapulidi" bertajuk "2024 Satu Komando Ikut Pak Jokowi" di Stadion Gelora 10 November Surabaya, Minggu (21/8/2022) petang. ANTARA/Umarul Faruq.

Orang Jawa tidak pernah boleh tergesa-gesa (kesusu) dalam melakukan segala hal. Jawa bukan sekadar identitas geografis atau identitas etnis, melainkan identitas filosofis. 

Seseorang disebut ‘’ora jowo’’ atau tidak jawa, bukan karena dia berasal dari luar Jawa, tetapi karena dia tidak mempunyai karakteristik Jawa. 

Karakteristik ini identik dengan sifat priyayi yang ‘’alus’’ atau halus. 

Menurut Ben Anderson, konsep alus ini benar-benar khas Jawa dan hanya bisa diterjemahkan secara harfiah termasuk ke dalam bahasa Inggris. 

Tidak ada padanan yang tepat dalam bahasa Inggris untuk konsep ‘’alus’’. 

Yang paling mendekati maknanya adalah ‘’refined’’, itu pun agak dipaksakan. 

Ben Anderson memilih untuk tidak menerjemahkan alus ke dalam bahasa Inggris.

Salah satu karakter alus adalah tidak kesusu dan tidak keliru dalam mengambil keputusan penting. 

Soal suksesi kepresidenan 2024, Jokowi selalu memakai idiom Jawa. Dia memakai narasi ojo kesusu di depan Projo. Di Surabaya Jokowi memakai narasi ojo keliru.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News