Ojo Kesusu, Ojo Keliru

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Ojo Kesusu, Ojo Keliru
Presiden Joko Widodo menyapa massa saat kegiatan relawan "Komunitas Sapulidi" bertajuk "2024 Satu Komando Ikut Pak Jokowi" di Stadion Gelora 10 November Surabaya, Minggu (21/8/2022) petang. ANTARA/Umarul Faruq.

Dalam hal ini jangkauan Kuasa dari seorang penguasa dapat diukur dari seberapa jauh jarak warga dari pusat. 

Warga yang berada di daerah perbatasan harus memiliki hak yang sama dengan warga yang dekat dengan pusat kekuasaan. 

Kekuasaan Jawa bersifat sentrifugal atau terpusat, tidak terdesentralisasi. 

Undang-Undang Omnibus Law yang meringkus semua kewenangan dari ke pusat adalah salah satu indikator kekuasaan Jawa yang terpusat.

Ketika terjadi upaya perebutan kuasa maka tiga hal yang dilakukan seorang raja, yaitu penghancuran lawan dan penceraiberaian kekuatan lawan, penyerapan melalui tekanan diplomatik, serta cara-cara yang halus, ataupun kombinasi dari keduanya.

Jokowi sekarang tengah memainkan politik kuasa ala Jawa. Dia tidak akan melepaskan kuasa itu begitu saja, dan manuver-manuver yang dilakukan sekarang menunjukkan bahwa Jokowi berusaha untuk tetap mempertahankan kasekten supaya tetap berada pada orang yang dipilihnya. (*)

Video Terpopuler Hari ini:

Soal suksesi kepresidenan 2024, Jokowi selalu memakai idiom Jawa. Dia memakai narasi ojo kesusu di depan Projo. Di Surabaya Jokowi memakai narasi ojo keliru.


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News