OK Sulit Ok

OK Sulit Ok
Dahlan Iskan di Masjid Al Rahman, Liverpool. Foto: disway.id

Namun, OK Lim menjualnya diam-diam. Agar bisa menggunakan hasilnya untuk tutup sana-sini.

Ibarat perjudian beneran, agar OK Lim bisa terus memainkan kartunya. Namun, ia tidak kunjung punya kartu as. Dari waktu ke waktu, OK Lim terus mengalami kekalahan.

Lantas terbongkar. Sudah terlalu banyak kartu palsu yang ia mainkan. Ketahuan. Persoalannya bukan lagi di ranah hukum dagang, tetapi sudah ke ranah pidana.

Singapura keras dalam hal ini. Tidak peduli siapa OK Lim. Yang bisnisnya pernah ikut membawa Singapura menjadi salah satu sentral perdagangan minyak dunia.
Awalnya begitu harum nama OK Lim di mata siapa saja. Termasuk di mata pemerintah Singapura.

Kini nama itu begitu busuknya di mata perbankan dan di mata hukum.

Orang yang begitu kaya menjadi tidak bermakna. Orang yang begitu gagah langsung ke kursi roda.

Hartanya disita pengadilan. Di bawah pengelolaan independen. Perusahaannya dijalankan oleh profesional yang ditunjuk pengadilan. OK Lim sendiri tidak kuat. Ia membawa perusahaannya ke pengadilan: untuk di PKPN, dinyatakan bangkrut.

Rumah-rumahnya di Singapura dan di Australia dibekukan. Salah satunya sebuah rumah yang di Singapura disebut bungalow. Luasnya 3.000 m2. Hanya ada beberapa rumah seperti itu di sana. Yang kalau dijual hanya warga Singapura yang boleh membelinya.

Ketika masih kecil ia ikut orang tua pindah ke Singapura. Waktu itu Singapura masih semiskin Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News