Oleh-Oleh dari Perjalanan ke Papua (3)
Saudara Mati Potong Jari, Tabrak Babi Hitung Puting
Rabu, 11 Februari 2009 – 06:23 WIB
Di Wamena, sepertinya kepala juga berfungsi sebagai bahu, untuk membawa beban. Dengand demikian, kayu pun mereka bawa dengan cara menempatkannya di kepala. Padahal, kayu yang mereka bawa tidak sedikit, karena memang untuk dijual sebagai kayu bakar, bukan untuk dapur mereka sendiri.
Cara orang Wamena berdagang juga unik. Barang dagangan mereka tidak selalu banyak. Terkadang hanya beberapa genggam. Padahal, untuk membawa barang-barang itu, mereka harus berjalan kaki berkilo-kilometer, tanpa alas kaki. Tetapi, ada juga yang membawa cukup banyak barang dagangan.
Apakah yang membawa banyak barang dagangan itu berarti lebih modern atau lebih pintar, sama sekali tidak. Yang menentukan banyak sedikitnya barang dagangan yang mereka bawa ke pasar adalah berapa banyak yang bisa mereka petik atau mereka miliki.
Cara menjualnya pun sangat khusus. Mereka tidak menggunakan meja-meja seperti yang kita lihat di pasar-pasar tradisional di Jawa. Pedagang di sana hanya meletakkan dagangan di tanah. Kemudian mereka duduk bersimpuh atau selonjor di sampingnya.
Bukan hanya memotret suku Dani di Kurulu yang istimewa dan unik. Berkeliling Wamena dan desa-desa di sekitarnya juga merupakan pengalaman menarik
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara