Oleh-Oleh dari Perjalanan ke Papua (3)
Saudara Mati Potong Jari, Tabrak Babi Hitung Puting
Rabu, 11 Februari 2009 – 06:23 WIB

Foto: Nany WIjaya
Untuk melindungi kepala dari panas dan hujan, biasanya mereka memasang payung. Payung merupakan salah satu barang favorit. Semula heran juga saya melihat seseorang yang berkulit sangat gelap, berjalan sambil membawa payung yang terbuka. Padahal, kakinya tanpa alas. Lantas yang dipayungi apa?
Bagi saya, pemandangan seperti itu tentu menarik untuk dipotret. Dan, saya tidak punya kesulitan untuk memotret mereka. Tentu saja kalau saya membidiknya dari jauh, dan yang dibidik tidak menyadari. Tetapi, kalau tahu sedang dipotret, mereka pasti minta bayaran. Minimal Rp 5.000. Sedihnya, setiap melihat orang membawa kamera, mereka pasti berpose. Tentu dengan harapan bisa meminta bayaran.
Kayaknya angka Rp 5.000 itu standar harga untuk sekali pemotretan. Jadi, ke mana pun saya memotret, pasti harus mengeluarkan uang sebanyak itu untuk tiap orang, sekali jepret.
Mengapa saya tidak mencoba kabur saja? Toh saya membawa mobil sewaan. Ternyata ini bukan ide yang baik karena bisa ribut dan kita bisa mendapat masalah. Tak peduli Anda turis atau bukan. Wajah Anda mirip mereka atau tidak. Kalau memotret, ya harus bayar.
Bukan hanya memotret suku Dani di Kurulu yang istimewa dan unik. Berkeliling Wamena dan desa-desa di sekitarnya juga merupakan pengalaman menarik
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu