Oleh-Oleh dari Perjalanan ke Papua (3)
Saudara Mati Potong Jari, Tabrak Babi Hitung Puting
Rabu, 11 Februari 2009 – 06:23 WIB
Tradisi minta bayaran setiap kali dipotret itu ada di mana-mana. Jadi, tidak hanya di Kurulu, kampung tradisional Suku Dani. Sampai di desa-desa terpencil pun, mereka minta bayaran ketika dipotret. Terutama yang masih mengenakan koteka atau yang cara berpakaiannya masih sangat sederhana.
Mereka yang sudah mengerti berdagang atau mengenal kehidupan modern, tak terlalu mempermasalahkan. Sesekali saja mereka minta bayaran. Tetapi, kalau Anda membalasnya dengan senyuman dan ucapan terima kasih, pasti mereka tak lagi mempersoalkan itu.
Nah, untuk mereka yang masih berkoteka, biasanya tak mau dibayar Rp 5.000. Mereka akan minta Rp 50.000 atau sedikitnya Rp 20.000. Masalahnya, orang-orang yang berkoteka itu berkeliaran di jalan-jalan dan di pasar-pasar. Sehingga bisa dibayangkan indahnya foto kita kalau objeknya adalah pemakai koteka di antara kehidupan modern, yang ditandai dengan orang berpakaian seperti kita, mobil atau motor. Tapi, becak dan sepeda juga bisa jadi pertanda kehidupan yang tidak lagi primitif lho!
Anda pasti heran mendengar kata 'becak.' Ini beneran! Di Wamena, becak merupakan salah satu alat transportasi. Harga sebuah becak di sana bisa sampai Rp 2 juta karena barang itu didatangkan dari Jawa Timur, menggunakan pesawat. Karena itu, bentuk becak di sana mirip sekali dengan becak yang ada di Jawa Timur.
Bukan hanya memotret suku Dani di Kurulu yang istimewa dan unik. Berkeliling Wamena dan desa-desa di sekitarnya juga merupakan pengalaman menarik
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara