Oleh-Oleh dari Perjalanan ke Papua (3)

Saudara Mati Potong Jari, Tabrak Babi Hitung Puting

Oleh-Oleh dari Perjalanan ke Papua (3)
Foto: Nany WIjaya
Selain memotret para pedagang bunga abadi dan buah merah, di pasar itu saya memotret para penjual babi. Ini karena babi di sana diperdagangkan dalam keadaan hidup, seperti orang di Jawa memperjualbelikan ayam kampung di pasar-pasar tradisional.

Anehnya lagi, yang mereka namakan babi itu berbeda sekali dengan babi yang saya lihat selama ini. Babi di sana berbulu tebal dan sesekali bercula. Lebih menyerupai babi hutan (celeng). Tetapi, mereka menolak ketika saya sebut binatang itu sebagai babi hutan.

Namun, saya juga tak yakin dengan ucapan saya. Sebab, setahu saya, babi hutan berwarna hitam. Di sana, babi hutannya ada yang berwarna merah muda seperti babi pada umumnya. Bahkan, ada juga yang berwarna cokelat seperti kijang. Aneh kan?

Saya lantas memotretnya. Karena itu binatang, saya tidak siap mental untuk dimintai bayaran. Sehingga, betapa terkejut dan paniknya saya ketika seorang pedagang memaksa saya membeli babi kecilnya dengan harga Rp 1,25 juta hanya karena saya telanjur memotretnya.

Bukan hanya memotret suku Dani di Kurulu yang istimewa dan unik. Berkeliling Wamena dan desa-desa di sekitarnya juga merupakan pengalaman menarik

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News