Oleh-Oleh dari Perjalanan ke Papua (3)
Saudara Mati Potong Jari, Tabrak Babi Hitung Puting
Rabu, 11 Februari 2009 – 06:23 WIB

Foto: Nany WIjaya
Selain memotret para pedagang bunga abadi dan buah merah, di pasar itu saya memotret para penjual babi. Ini karena babi di sana diperdagangkan dalam keadaan hidup, seperti orang di Jawa memperjualbelikan ayam kampung di pasar-pasar tradisional.
Anehnya lagi, yang mereka namakan babi itu berbeda sekali dengan babi yang saya lihat selama ini. Babi di sana berbulu tebal dan sesekali bercula. Lebih menyerupai babi hutan (celeng). Tetapi, mereka menolak ketika saya sebut binatang itu sebagai babi hutan.
Namun, saya juga tak yakin dengan ucapan saya. Sebab, setahu saya, babi hutan berwarna hitam. Di sana, babi hutannya ada yang berwarna merah muda seperti babi pada umumnya. Bahkan, ada juga yang berwarna cokelat seperti kijang. Aneh kan?
Saya lantas memotretnya. Karena itu binatang, saya tidak siap mental untuk dimintai bayaran. Sehingga, betapa terkejut dan paniknya saya ketika seorang pedagang memaksa saya membeli babi kecilnya dengan harga Rp 1,25 juta hanya karena saya telanjur memotretnya.
Bukan hanya memotret suku Dani di Kurulu yang istimewa dan unik. Berkeliling Wamena dan desa-desa di sekitarnya juga merupakan pengalaman menarik
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu