Oleh-Oleh dari Perjalanan ke Papua (4)
Untuk Dapat Emas, Penambang Setor Rp 100 Ribu Per Bulan
Kamis, 12 Februari 2009 – 06:06 WIB
Inilah ternyata yang membuat mereka menolak disebut penambang liar. "Kami ini tidak liar. Untuk bisa bekerja di sini kami membayar Rp 100.000 per orang per bulan," jelas mereka secara terpisah.
Bila di sepanjang Sungai Ajkwa ada 5.000 penambang liar dan setiap penambang menyetor Rp 100.000, penghasilan si kepala desa bisa mencapai Rp 500 juta per bulan. Wauw! Jika uang setoran itu dibagi rata dengan 20 oknum saja, setiap orang bisa berpenghasilan (lain-lain) Rp 25 juta per bulan. Jangan-jangan uang setoran yang menggiurkan inilah salah satu sebab mengapa penambang liar di sana tidak bisa diberantas.
Dengan bukti itu, mereka bisa memasuki kawasan penambangan liar dengan aman. Kemudian, dengan karpet mereka "menyaring" pasir halus yang mereka dulang dari Sungai Ajkwa. Butiran yang mengandung unsur logam akan menyangkut di bulu-bulu karpet.
Setelah itu karpetnya dicuci di wajan dengan menggunakan sabun deterjen. Sabun itu berfungsi untuk mengikat butiran-butiran emas yang sehalus pasir, sehingga terbenam.
Ke Papua tanpa ke Wamena memang tidak lengkap. Tapi, ke Wamena tanpa ke Timika juga belum sempurna. Sebab, dua kota itu memiliki kehidupan yang bertolak
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408