Oleh-Oleh dari Perjalanan ke Papua (4)
Untuk Dapat Emas, Penambang Setor Rp 100 Ribu Per Bulan
Kamis, 12 Februari 2009 – 06:06 WIB
"Dagingnya lebih gurih, tidak sama dengan gurihnya babi biasa maupun babi hutan. Lemaknya dua lapis. Tak seperti babi biasa. Karena itu, orang di sana sering memakan babi hasil persilangan itu dengan kulitnya," kata Singky Soewadji, teman saya itu.
Di Timika, babi hasil persilangan itu ada dua jenis. Yang kecil hasil persilangan alami, lokal. Sedangkan yang besar, "Bisa sampai 60 kilogram beratnya, didatangkan dari Bali. Pemda mendatangkannya secara rutin sebagai proyek pembibitan. Untuk babi yang besar itu kami di sini menyebutnya babi Inggris. Memang lebih gurih rasanya, beda dengan babi biasa," jelas Oktovianus, direktur harian Radar Timika yang menemani saya dan Suyoto selama dua hari di Timika.
Seperti di Wamena, di Timika pun berlaku ketentuan yang sama bila sopir menabrak babi. Kerugian dihitung berdasarkan puting dan janinnya juga. Ketentuan serupa berlaku di kedua daerah itu, kalau kita menabrak anjing. Hanya, harganya lebih murah.
Kalau babi dan anjing dihargai begitu tinggi saat tertabrak, bagaimana dengan manusia? Di Wamena, menabrak orang juga harus bayar. Tetapi, nilainya lebih bisa dinego. Ini berbeda dengan di Timika. Apalagi, kalau yang menabrak pengemudi dari Freeport. Wah, serem.
Ke Papua tanpa ke Wamena memang tidak lengkap. Tapi, ke Wamena tanpa ke Timika juga belum sempurna. Sebab, dua kota itu memiliki kehidupan yang bertolak
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408