Oleh-Oleh dari Perjalanan ke Papua (4)

Untuk Dapat Emas, Penambang Setor Rp 100 Ribu Per Bulan

Oleh-Oleh dari Perjalanan ke Papua (4)
Foto: Nany Wijaya/JAWA POS
"Dagingnya lebih gurih, tidak sama dengan gurihnya babi biasa maupun babi hutan. Lemaknya dua lapis. Tak seperti babi biasa. Karena itu, orang di sana sering memakan babi hasil persilangan itu dengan kulitnya," kata Singky Soewadji, teman saya itu.

Di Timika, babi hasil persilangan itu ada dua jenis. Yang kecil hasil persilangan alami, lokal. Sedangkan yang besar, "Bisa sampai 60 kilogram beratnya, didatangkan dari Bali. Pemda mendatangkannya secara rutin sebagai proyek pembibitan. Untuk babi yang besar itu kami di sini menyebutnya babi Inggris. Memang lebih gurih rasanya, beda dengan babi biasa," jelas Oktovianus, direktur harian Radar Timika yang menemani saya dan Suyoto selama dua hari di Timika.

Seperti di Wamena, di Timika pun berlaku ketentuan yang sama bila sopir menabrak babi. Kerugian dihitung berdasarkan puting dan janinnya juga. Ketentuan serupa berlaku di kedua daerah itu, kalau kita menabrak anjing. Hanya, harganya lebih murah.

Kalau babi dan anjing dihargai begitu tinggi saat tertabrak, bagaimana dengan manusia? Di Wamena, menabrak orang juga harus bayar. Tetapi, nilainya lebih bisa dinego. Ini berbeda dengan di Timika. Apalagi, kalau yang menabrak pengemudi dari Freeport. Wah, serem.

Ke Papua tanpa ke Wamena memang tidak lengkap. Tapi, ke Wamena tanpa ke Timika juga belum sempurna. Sebab, dua kota itu memiliki kehidupan yang bertolak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News