Oleh-Oleh dari Perjalanan ke Papua (4)
Untuk Dapat Emas, Penambang Setor Rp 100 Ribu Per Bulan
Kamis, 12 Februari 2009 – 06:06 WIB

Foto: Nany Wijaya/JAWA POS
Kalau sampai menabrak mati mahasiswa, penabrak yang bekerja di Freeport harus membayar denda Rp 1 miliar. Kalau korbannya cuma anak SMA atau lulusan SMA, penabrak harus membayar Rp 500 juta. Pelajar SMP dihargai Rp 250 juta. Anak SD cuma Rp 100 juta. Untuk penabrak yang bukan orang Freeport, dendanya sedikit lebih rendah. Selain denda tradisional itu, si penabrak masih harus berurusan dengan polisi dan pengadilan.
Padahal, Freeport sendiri menyediakan fasilitas sekolah keterampilan khusus untuk tujuh suku asli di Kabupaten Mimika, tanpa melihat pendidikan mereka. Yang tidak bisa baca tulis pun boleh ikut belajar di sekolah itu dan digaji. Gaji itu mereka terima setiap bulan, selama mereka bersekolah. Bagaimana kalau tidak cepat lulus? "Ya, dibayar terus sampai lulus," jelas Agus, kepala sekolah itu.
Bukan hanya itu. Freeport juga menyediakan rumah sakit dengan fasilitas yang sangat modern untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada warga dari tujuh suku asli di kawasan tambang itu. Berobat ke luar negeri pun, kabarnya, ketujuh suku asli itu ditanggung Freeport. Wauw! (besok: mengenal Freeport dan Grasberg, tambang emas terbesar di dunia).
Ke Papua tanpa ke Wamena memang tidak lengkap. Tapi, ke Wamena tanpa ke Timika juga belum sempurna. Sebab, dua kota itu memiliki kehidupan yang bertolak
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu