Oleh-Oleh dari Perjalanan ke Papua (6-Habis)
Disebut Amerikanya Papua, SIM Keluaran Freeport Sendiri
Sabtu, 14 Februari 2009 – 06:28 WIB

Foto: Nany Wijaya/JAWA POS
Rumah sakit yang berdiri pada 1998 itu memiliki bagian gigi, radiologi, dan patologi dengan peralatan modern. Di situ juga ada ruang bersalin dan kamar bedah yang fasilitasnya tak kalah dengan rumah sakit internasional di kota besar. Tak jauh dari bangunan utama rumah sakit, ada sebuah unit khusus penanganan dan penelitian malaria dan TBC. Penyakit khas Papua.
Dan, semua fasilitas itu bisa dinikmati oleh tujuh suku asli di Timika (Amungmee, Me, Moni, Nduga, Kamoro, Dani, dan Damai) secara cuma-cuma. Gratis. Apa pun jenis pengobatannya, gratis. Termasuk obat, operasi, dan ambulans bila diperlukan. Bahkan jika si pasien terpaksa harus dirujuk ke luar negeri -apalagi cuma ke Makassar, Denpasar, Surabaya, atau Jakarta.
''Sampai sekarang sudah lebih dari 120.000 orang pasien yang kami layani dengan cuma-cuma di sini,'' jelas dr Paulus S. Sugiarto SpB, direktur RSMM, ketika menemui kami berempat.
Menjelang makan malam, kami berempat kembali ke hotel. Tetapi, ini pun tidak lama karena perut sudah sangat lapar. Dengan didampingi Budiman Moerdijat, corporate communication manager Freeport Indonesia yang baru tiba dari Jakarta, kami makan di warung seafood Surabaya yang cukup terkenal di Timika.
Berkunjung ke Timika tanpa mampir di Kuala Kencana dan Tembagapura sama saja bohong. Sebab, inti Timika ya dua kota itu. Untuk menyempurnakan kunjungan
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu