Oleh-Oleh dari Perjalanan ke Papua (6-Habis)

Disebut Amerikanya Papua, SIM Keluaran Freeport Sendiri

Oleh-Oleh dari Perjalanan ke Papua (6-Habis)
Foto: Nany Wijaya/JAWA POS
Begitu selesai makan, kami segera pulang karena esoknya harus siap di lobi pada pukul 05.30 WIT. Kalau kami berangkat lebih dari pukul 06.00, bisa dipastikan takkan bisa sampai ke Grasberg. Apalagi masih mau mampir Tembagapura. Sebab, cuaca di Tembagapura sampai Grasberg sangat sulit ditebak dan memiliki curah hujan tertinggi. Dengan kata lain, daerah di dataran tinggi ini selalu mendung dan hujan setelah pukul 14.00.

Dengan menggunakan mobil four wheels drive yang berbendera kecil di bagian atas, menjelang pukul 06.00 kami sudah meluncur. Mobil yang kami gunakan pada hari kedua itu tidak sama dengan yang kami pakai sehari sebelumnya. ''Mobil yang boleh naik ke atas hanya yang pakai bendera seperti ini. Selain ini, tidak boleh karena berbahaya. Bisa digilas haul truck-haul truck di atas,'' jelas Budiman yang mantan wartawan the Jakarta Post.

Hingga tiba di Tembagapura, saya belum paham apa yang dimaksud Budiman itu. Sebab, ketika bertemu dengan Steve yang satu departemen dengan Budiman dan Sinta Sirait, vice president Freeport Indonesia, kami tidak membahas hal itu.

Saya baru ngeh dengan penjelasan itu setelah berada di Grasberg, yang ada di ketinggian 4.285 meter di atas permukaan laut (dpl). Di ketinggian itu, oksigen sudah sangat tipis. Bahkan, sebelum sampai ke situ pun saya sudah merasa agak sesak dan pusing. Tak jauh dari Grasberg adalah puncak Cartenz yang terkenal bersalju abadi, dengan ketinggian sekitar 6.000 meter dpl.

Berkunjung ke Timika tanpa mampir di Kuala Kencana dan Tembagapura sama saja bohong. Sebab, inti Timika ya dua kota itu. Untuk menyempurnakan kunjungan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News