Oman Fathurahman, Peneliti Manuskrip Kuno Islam Pertama di Indonesia
Terpincut Naskah Keramat, Ternyata Catatan Utang Raja
Rabu, 27 Juli 2011 – 10:01 WIB
Tapi, secara teknis, Oman dan para mahasiswa serta pemerhati filologi yang tergabung dalam Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara) memiliki semacam kode etik dalam meneliti manuskrip kuno. "Aturan tegas, antara lain, tidak boleh membawa pulang manuskrip kuno itu," tegas pria yang pernah nyantri di Ponpes Cipasung, Tasikmalaya, tersebut.
Oman menyebut aturan itu dengan istilah search and save. "Mencari dan menyelamatkan," katanya. Caranya, mencari masyarakat yang menyimpan manuskrip-manuskrip kuno. Sampai saat ini, fokus garapan Oman lebih dominan pada manuskrip agama Islam dari Melayu.
Setelah berhasil didapatkan, manuskrip itu difoto. Selanjutnya, naskah asli dibersihkan dan dimasukkan amplop, kemudian dikembalikan kepada pemiliknya. Manuskrip itu tidak sampai dibawa ke luar rumah sang pemilik. Yang dibawa ke Jakarta hanya hasil jepretannya. "Hasil jepretan itu sekaligus menjadi kunci proses digitalisasi manuskrip kuno," paparnya.
Selama menelusuri daerah-daerah di Indonesia yang kental dengan budaya Melayu untuk mencari manuskrip kuno, Oman menjumpai beragam pengalaman. Mulai dicurigai sebagai mata-mata luar negeri hingga kolektor gelap manuskrip kuno.
Tak banyak ahli filologi (ilmu yang mempelajari manuskrip kuno) spesialis agama Islam. Orang Indonesia pertama yang menekuninya adalah Oman Fathurahman,
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala