Oman

Oleh Dahlan Iskan

Oman
Dahlan Iskan di Muscat, Oman. Foto: disway.id

Di hotel inilah saya dulu menginap. Selama seminggu. Untuk pertama kali merasakan hotel bintang lima. Di umur saya yang 28 tahun.

Baca Juga:

Rute ke Oman pun dulu panjang sekali. Dari Surabaya ke Jakarta dulu. Lalu ke Singapura. Naik Singapore Airlines. Ke Abu Dhabi dulu. Dari sini naik Gulf Air ke Muscat.

Sekarang sudah sangat beda. Sudah ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Muscat. Tiap hari. Menggunakan pesawat Oman Air. Inilah untuk pertama kalinya saya naik Oman Air.

Ternyata penuh juga. Begitu banyak jemaah umrah yang kini transit di Muscat, ibu kota Oman.

Di ruang tunggu saya bertemu Pak Edy Setiawan. Alumnus akuntansi Unair. Yang kini punya perusahaan travel. Setelah pensiun dari kantor akuntan HTM.

Ia membawa rombongan tur ke Mesir. Lalu akan jalan darat ke arah Palestina. Bermalam di dekat Terusan Suez. Dari Palestina ke Jordania.

"Saya hanya dapat kursi 30 di Oman Air. Yang 18 orang naik Saudi," katanya. "Tur jalur ini sekarang populer," katanya.

Berarti kini banyak pilihan. Untuk umrah maupun untuk tur seperti itu. Bahkan untuk ke Eropa.

Saya malu dengan wartawan-wartawati bule dari Eropa. Yang bahasa Arabnya luar biasa. Padahal mereka bukan Islam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News