Oman

Oleh Dahlan Iskan

Oman
Dahlan Iskan di Muscat, Oman. Foto: disway.id

Transitnya tidak lagi hanya bisa di Dubai. Atau Abu Dhabi. Atau Doha, Qatar. Sudah ada pilihan lain: transit di Muscat.

Pesawatnya juga tidak hanya Emirates, Etihad atau Qatar Airways. Kini sudah ada Oman Air.

Oman, Emirat, Qatar adalah tiga negara kecil bertetangga. Kini ada empat penerbangan raksasa dari tiga negara itu.

Semua menghubungkan Indonesia - Mekah. Atau Indonesia - Eropa. Sama saja: transit di Doha, Dubai, Abu Dhabi atau Muscat.

Oman Air sebagai pendatang baru tahu bagaimana harus merebut pasar: yang lain pakai Boeing 777. Oman pakai 787 Dreamliner.

Jarak antar-kursinya lebih longgar. Beberapa sentimeter. Kelas bisnisnya juga seperti first class. Harganya pun lebih murah.

Saya juga bertemu dua anak muda Jakarta. Yang bekerja di perusahaan minyak di Dammam, Saudi Arabia. Ia juga selalu lewat Muscat. Dengan pertimbangan harga tadi.

Tiba di Muscat saya langsung ingin bernostalgia. Ke Hotel Intercontinental. "Masih ada. Masih bagus," kata sopir saya.

Saya malu dengan wartawan-wartawati bule dari Eropa. Yang bahasa Arabnya luar biasa. Padahal mereka bukan Islam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News