Omicron Merajalela, Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong Merasa Terpenjara
Selain bekerja sebagai asisten rumah tanggal Sri Martuti juga terlibat sebagai aktivis membantu pekerja migran lainnya sejak tahun 2013.
"Kita tahu bahwa lockdown ini bukan sebuah solusi yang bagus. Kami berharap ini semua cuma sebatas wacana.
"Namun meski baru sebatas wacana ini sudah benar-benar menghancurkan mental kita," katanya kepada ABC Indonesia.
"Kami sudah dua tahun hidup dalam penjara yang tidak nyata karena sejak pandemi banyak majikan yang mengambil kesempatan memperbudak kami," katanya.
Menurutnya, pandemi memperburuk keadaan bagi sebagian pekerja migran yang mengalami berbagai bentuk diskriminasi dan ketakutan di Hong Kong.
Salah satu ketakutan menurut Martuti adalah bila pekerja migran positif COVID mereka akan diusir atau diberhentikan oleh majikan tempat mereka bekerja.
"Mereka ketakutan karena rumah sakit dan tempat penampungan lain sudah penuh sesak.
"Mereka takut menjadi gelandangan dalam keadaan positif bila diusir oleh majikan," kata Martuti.
Di tengah meningkatnya kasus COVID di Hong Kong, pemerintah setempat berencana melakukan tes massal dan warga dilarang ke luar rumah
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata