Omon-Omon Pemangkasan Anggaran: Efisiensi yang Kontradiktif?

Omon-Omon Pemangkasan Anggaran: Efisiensi yang Kontradiktif?
Pengamat dan hali mengkritisi sekaligus menyodorkan alternatif realokasi anggaran usai pemerintah umumkan efisiensi anggaran. (Foto: ANTARA FOTO/ Aditya Pradana Putra)

Kontradiksi efisiensi anggaran

Lebih dalam, Misbah juga menyoroti paradoks dan kontradiksi dalam kabinet Merah-Putih dalam konteks efisiensi.

"Yang pertama, kabinet Prabowo-Gibran ini kan 'gemoy', ada 48 kementerian dan 59 wakil menteri ... itu kan gemuk, sementara negara-negara lain malah melakukan perampingan [kabinet]."

"Padahal di dalam setiap kementerian itu kan ada kebutuhan memiliki staf khusus, staf ahli, dan macam-macam yang pasti juga potensi pemborosannya luar biasa karena setiap staf khusus dan staf ahli juga membutuhkan fasilitas negara."

"Jadi saya rasa kebijakan ini kontradiktif [karena] di satu sisi struktur kementeriannya sangat gemuk, tapi di sisi yang lain ingin melakukan efisiensi," kata Misbah.

Senada dengan Misbah, Bhima Yudhistira dari CELIOS berharap ada mekanisme APBN perubahan yang lebih adil dan lebih terbuka berdasarkan kajian yang kuat.

"Kalau mau efisiensi, tentunya Kementerian Pertahanan, TNI, Kepolisian, DPR, juga harusnya menjadi target-target efisiensi yang lebih adil."

"Dan harapan lainnya adalah pemangkasan nomenklatur kementerian, penggabungan lagi misalnya kementerian lingkungan hidup dan kementerian kehutanan yang sudah dipecah, ya digabungkan lagi ... itu lebih cepat penghematannya daripada pemangkasan satu-persatu."

Misbah mengusulkan Prabowo untuk menggunakan momentum 100 hari pertama pemerintahannya untuk mengevaluasi efektivitas kinerja dan tata kelola kementerian dan lembaga dalam kabinetnya.

Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto melakukan efisiensi anggaran di sejumlah kementeriaan dan lembaga

Sumber ABC Indonesia
JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News