OPEC Tak Mau Tambah Produksi
jpnn.com - JAKARTA – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bulan lalu bisa jadi bukan yang terakhir. Sebab, harga minyak dunia di pasar internasional saat ini terus membubung tinggi. Dalam sepekan terakhir, harga minyak menembus USD 140 per barel.
Minggu (22/6) sejumlah negara produsen beserta konsumen bertemu di Jeddah, Arab Saudi. Mereka berusaha mencari jalan keluar untuk mengontrol lonjakan harga minyak. Salah satu opsi yang mengemuka adalah menambah suplai minyak di pasar. Namun, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tetap bersikukuh menolak penambahan produksi itu.
’’Harga minyak tinggi bukan karena faktor fundamental. Permintaan dan pasokan masih seimbang,’’ ujar Presiden OPEC Chakib Khelil di sela Energy Meeting seperti dilansir AFP.
Direktur Eksektif ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan, anggota OPEC memang memiliki kepentingan agar harga minyak tetap tinggi. Karena itu, mereka tidak mudah berkomitmen menaikkan jumlah produksi. Menurut dia, sikap OPEC cukup wajar karena harga minyak saat ini terutama disebabkan faktor nonfundamental akibat spekulasi.
Pri Agung menyebutkan, suplai dan permintaan minyak dunia per hari masih stabil di kisaran 86 juta–88 juta barel. Meski Tiongkok sudah menaikkan harga minyak dalam negeri, konsumsi dunia diperkirakan masih stabil di level tersebut. ’’Bukan fundamental, tapi lebih banyak karena spekulasi,’’ kata Pri Agung.
Dia mengatakan, faktor nonfundamental menjadi penyebab melejitnya harga minyak karena lemahnya kurs dolar AS atas mata uang kuat lainnya, terutama euro. Saat krisis kredit perumahan kelas bawah (subprime mortgage) meledak, investor banyak melarikan dananya ke bursa komoditas dengan membeli minyak.
Harga minyak internasional, sambung dia, sebenarnya sangat dipengaruhi faktor Amerika Serikat. Pertumbuhan ekonomi, cadangan minyak, dan nilai tukar uang Negeri Paman Sam tersebut sangat memengaruhi harga dunia.
Sedikit berbeda dengan Pri Agung, pengamat perminyakan Kurtubi mengatakan, meski aksi spekulasi sangat tinggi, faktor fundamental tetap memengaruhi harga minyak. ’’Demand terus tinggi, tapi tidak ada tambahan suplai yang signifikan meski Arab Saudi berjanji menaikkan produksi 200 ribu barel per hari Juli nanti,’’ kata Kurtubi.
JAKARTA – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bulan lalu bisa jadi bukan yang terakhir. Sebab, harga minyak dunia di pasar internasional
- Bea Cukai Parepare Musnahkan Barang Ilegal Senilai Lebih Rp 2,25 Miliar, Terbanyak Rokok
- Anindya Bakrie: Kita Harus Dorong Investasi Asing yang Ciptakan Lapangan Kerja
- AS Optimistis Kembangkan Kerja Sama Ekonomi dengan Pemerintahan Baru
- Tali Qrope dan Selang Spring Hose Jadi Sorotan di INAMARINE 2024
- Indonesia Siap Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Berkelanjutan dari AS
- Menko Airlangga Dorong Kerja Sama dengan Arizona State University, Ini Tujuannya