Oposisi Perlu Tahu Cara Mengkritik dengan Tak Langgar Aturan, Begini
Jadi, kritik itu harus menekankan kepada perbaikan-perbaikan.
“Kritik juga harus menegakkan solusi yang mana bahasa kerennya itu kritik yang solutif. Jadi, kritik solutif itu kritik yang memberikan jalan keluar terhadap persoalan-persoalan yang ada,” katanya.
Trubus lebih lanjut mengatakan, kelemahan dari kebanyakan kritikan selama ini, cenderung menempatkan persoalan-persoalan dan tidak solutif.
Baik kritikan yang dikembangkan oleh buzzer-buzzer maupun yang dilakukan oleh sebagian akademisi dan para LSM.
“Lebih kepada kepentingan-kepentingan saja. Ketika mereka diminta menjelaskan secara rinci atau mendeskripsikan persoalan yang disampaikan, kebanyakan tidak menguasai dan tidak memiliki data,” katanya.
Selain kritik, Trubus menilai masukan juga sangat penting untuk dipakai merumuskan suatu policy atau kebijakan yang sifatnya proporsional, berkeadilan dan kepastian hukum.
Karena itu, menurutnya, perlu suatu edukasi kepada mereka-mereka yang suka memberikan kritikan terutama kelompok oposisi.
“Karena sifat budaya kita yang patron-klien, maka patronnya atau tokohnya dulu yang harus dibenahi. Jadi nanti publiknya atau kliennya atau pendukungnya otomatis akan terbawa atau terbenahi pada situasi track record yang menjunjung namanya perbedaan atau toleransi,” katanya.
Pengamat kebijakan publik memaparkan cara mengkritik dalam membangun demokrasi, dengan tidak melanggar aturan.
- Tangani Masalah Lingkungan, LPPM Trisakti Jalin Kerja sama dengan PKK
- Tim TMED Univeritas Trisakti Jadi Juara Gokart Eshark Rok Cup Indonesia 2024
- PSM Universitas Trisakti Menang Mutlak di Borneo International Choir Festival 2024
- UKM Expo Universitas Trisakti 2024 Libatkan Mahasiswa Baru, Seru
- PKKMB 2024 Universitas Trisakti Jadi Ajang Menggali Potensi Mahasiswa Baru, Hilangkan Bullying
- Dhifla Wiyani Raih Gelar Doktor Ilmu Hukum di Universitas Trisakti