Opsi Kenaikan Masih Terbuka
Hatta: Pilih yang Terbaik
Selasa, 17 Januari 2012 – 00:17 WIB
:TERKAIT Padahal, pembatasan BBM dengan melarang mobil pribadi menggunakan premium, pada dasarnya juga membebankan harga lebih tinggi dengan peralihan ke pertamax. Direktur Reforminer Institute, Pri Agung Rakhmanto mengungkapkan, program pembatasan tak menjamin konsumsi BBM berkurang jauh. Kenapa konsumsi BBM bersubsidi tetap tinggi? Menurut Pri Agung, selain kebocoran, juga banyak pengendara mobil yang beralih ke sepeda motor. Banyak BBM jatah rakyat dipakai kalangan industri. Jika dilakukan pembatasan, kebocoran bisa semakin banyak lagi.
Sebab dengan ada selisih harga yang jauh antara harga premium dan pertamax, dipastikan membuat siapapun tertarik menjual BBM. Menurut Erani, program pembatasan BBM bersubsidi rawan kebocoran. ”Potensi kebocoran bisa mencapai 25-30 persen,” kata Erani.
Dia mengatakan, konsumsi BBM bersubsidi tetap tidak bisa ditekan secara drastis. Jatah BBM bersubsidi tahun ini adalah 40 juta kiloliter. Dalam APBN 2012, subsidi BBM dianggarkan Rp 123,559 triliun. Konsumsi BBM bersubsidi tahun lalu menembus 43 juta kiloliter.
Tahun lalu, konsumsi premium di Jawa dan Bali setiap bulan menembus 1 juta kiloliter atau satu miliar liter. Sebanyak 53 persen dari itu, disedot oleh mobil pribadi yang dimiliki masyarakat mampu. Nah mulai 1 April mendatang, pemerintah melarang pengguna mobil pribadi di Jawa dan Bali menggunakan premium. Sebagai gantinya, pengguna premium harus membeli pertamax. Alternatif lain adalah menggunakan bahan bakar gas dengan terlebih dulu memasangi mobil dengan converter kit. (lum)