Orang-orang yang Revolusioner
Jumat, 22 Januari 2010 – 15:00 WIB
Tokoh seperti Mahfud MD tentu akan bilang bahwa Pemilu dan pemilihan presiden (Pilpres) baru saja usai, tapi inilah sebuah sistem formal dan sah untuk suksesi kepemimpinan nasional. Tentu saja peristiwa politik itu belum menyelesaikan soal. Ini hanya sebuah fundamen, dan ikhtiar bangsa, Negara dan rakyat berjalan di atasnya.
Baca Juga:
Demikianlah halnya, teman sebangsaku. Selalu saja si pragmatis-gradual berseberangan dengan si revolusioner. Yang terakhir ini, jika “meja-meja” sudah kotor, mereka cenderung mencampakkannya, dan lalu mencari meja yang baru. Ibarat gunung merapi yang meletus, kelak setelah reda, maka lembah semakin subur.
Sebaliknya si pragmatis hanya lebih alot. Selangkah demi selangkah menuju kondisi yang lebih baik. Meja yang bau anyir perlahan dibersihkan seraya memakai masker. Persis peredaran matahahari yang lamban dari fajar hingga tenggelam. Alami, walau membuat tak sabar. “Sabar itu bukan dosa,” kata si pragmatis.
Dua-duanya punya kelemahan dan kekuatan masing-masing. Yang satu menghardik, yang lain terlalu manis.