Orang-orang yang Revolusioner
Jumat, 22 Januari 2010 – 15:00 WIB
Lalu, apa yang harus kita katakan kepada anak-anak muda itu? Lagi-lagi suara yang bijak, walau kau sebut sudah lelah. Bahwa sejarah tak bisa kita susun semau impian kita, karena orang lain juga punya impian yang beragam. Dus, berbagai ikhtiar yang beda dan sama akan saling berinteraksi membentuk solusi dengan logika dan dinamikanya sendiri.
Kita lelah bertengkar sejak 1945, 1950-an, 1966 dan 1998. Mengapa tidak berani dan tulus bersintesa di jalan tengah, dan kemudian berproses menuju kuala sejarah? Apakah sejarah hanya terdiri dari pertikaian-pertikaian, sedang dengan Belanda kita berunding di Linggarjati, Renville, Konferensi Meja Bundar?
*
Ilusi kadang suka bertebaran di angkasa pemikiran sebagian orang. Termasuk tentang aksi 28 Januari 2010. Jika hari itu benar-benar ada gerakan 10.000 mahasiswa mengepung istana negara, dan meminta duet SBY-Boediono turun panggung, akankah tragedy Soeharto dan Gus Dur yang lengser dari tahtanya kembali terulang?
Saya tidak ahli revolusi. Tapi saya membayangkan bahwa selembar daun tua akan luruh dari ranting pohon kendati tak ada badai. Tetapi jika badai bertiup kencang, bahkan dedaunan hijau juga gugur, berikut ranting, cabangnya. Bahkan, pohonan itu terserabut bersama akar-akarnya.