Orkestra Taman Suropati Chamber, Kumpulan Pemusik Pengunjung Taman

Urunan Beli Batik untuk Pentas di Istana

Orkestra Taman Suropati Chamber, Kumpulan Pemusik Pengunjung Taman
Orkestra Taman Suropati Chamber, Kumpulan Pemusik Pengunjung Taman
Lebih lanjut pentolan TSC itu memaparkan, semula tidak ada ide membentuk kelompok musik. Pada 2007, Ages Dwiharjo, suaminya, dan teman-temannya yang juga pemain biola, setiap Minggu mangkal di taman tengah kota Jakarta itu. Mereka bermain sekadar untuk melepas lelah dan berkumpul dengan sesama pemain dan guru musik.

Lama-kelamaan, banyak orang tertarik. Sejumlah pemain ikut nimbrung. Nah, sebagian besar pengunjung taman itu adalah anak-anak. Mendengar suara alat gesek itu, mereka tertarik dan ingin bergabung. "Makanya, anggota kita banyak anak-anak," katanya.

Selain itu, anggota datang dari kalangan murid sekolah musik. Di sekolah musik, kata Yasmin, pembelajaran dilakukan dengan cara one on one. Satu guru menangani satu murid. Hal itu membuat mereka jarang bermain dalam kelompok. Padahal, sebagai anggota orkestra, mereka harus terbiasa bermain bersama. Apalagi, yang memainkan biola. "Biola itu kalau dimainin sendiri suaranya nggak enak. Biola baru terdengar enak kalau dimainkan berkelompok," kata wanita 42 tahun itu.

Para siswa sekolah musik, lanjut Yasmin, juga sangat jarang punya kesempatan tampil berkelompok. Mereka harus menunggu sekolahnya mengadakan konser. Itu pun jika mereka terpilih. Siswa yang kemampuannya biasa-biasa saja, baru bisa ikut konser kalau orang tuanya merogoh kocek.

BERAWAL dari kumpul-kumpul di taman, sekelompok pemusik menularkan ilmunya kepada pengunjung. Lalu, dibentuklah Taman Suropati Chamber (TSC). Kini

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News