Orkestra Taman Suropati Chamber, Kumpulan Pemusik Pengunjung Taman

Urunan Beli Batik untuk Pentas di Istana

Orkestra Taman Suropati Chamber, Kumpulan Pemusik Pengunjung Taman
Orkestra Taman Suropati Chamber, Kumpulan Pemusik Pengunjung Taman
TSC memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengaktualisasikan ilmu yang didapat di tempat kursus. Setiap Minggu mereka harus tampil di taman, dilihat banyak orang. "Soal kemampuan, itu nantilah. Yang penting anak-anak tidak demam panggung. Di sini kan dilihatin terus," kata Alexander, orang tua salah seorang anak pemain TSC.

TSC mulai serius dibenahi pada 2008. Ada kepengurusan, keanggotaan, hingga manajemen. Termasuk, mengelompokkan anggota pada kelas-kelas. Mereka juga mulai mengoordinasi instruktur musik untuk melatih anak-anak. Apalagi, para orang tua juga sepakat urunan tiap akhir bulan Rp 150 ribu.

Menurut Alexander, iuran itu sangat murah. Di tempat-tempat kursus, paling tidak iurannya Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu per siswa. Itu pun hanya seminggu sekali dengan masa pembelajaran setengah jam. Kalau mau konser, mereka harus membayar lagi. "Kursus tetap ikut, di sini untuk membuat (kemampuan) anak-anak makin terasah," katanya.

Iuran itu, kata Yasmin, untuk operasional bulanan TSC. Jika ada pengeluaran ekstra untuk acara dan momen-momen penting, para orang tua harus urunan lagi. Misalnya, untuk memenuhi undangan Presiden SBY dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) besok. Mereka harus rela patungan untuk membeli batik dan kaus bertulisan Aku Mampu. Rencananya, dress code itu digunakan dalam pergelaran orkestra di Istana Negara.

BERAWAL dari kumpul-kumpul di taman, sekelompok pemusik menularkan ilmunya kepada pengunjung. Lalu, dibentuklah Taman Suropati Chamber (TSC). Kini

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News