Otodidak, Hadiahkan Foto Udara untuk HUT Kota Pahlawan
Sebelumnya, Darwin sering nimbrung memotret di beberapa helikopter milik swasta atau militer. Bersama ayahnya, Rasmono Sudarjo yang juga seorang fotografer, Darwin kerap diajak ikut berkeliling mengabadikan bentangan lanskapdari udara. Hingga sejak dua bulan lalu, dia memutuskan untuk mencoba sendiri sekaligus membuka studio khusus foto udara miliknya, 3 Sixty.
”Kelemahannya kalau pakai helikopter, selain biaya lebih mahal, jaraknya tidak bisa terlalu dekat. Kalau pakai pesawat remote begini kan enggak masalah, bisa ambil foto dari jarak dekat,” jelas Darwin.
Langkah-langkahnya pun cukup sederhana. Setelah pesawat dan kamera dinyalakan, tunggu beberapa menit sampai pesawat mengunci posisi global positioning system (GPS). Penguncian posisi itu penting untuk menjaga kestabilan dan berjaga-jaga jika pesawat ternyata hilang dari pandangan. Dengan locking posisi, pesawat bisa kembali ke posisi semula.
Setelah stabil, pesawat bisa diterbangkan. Posisi dan ketinggiannya diatur. Kamera yang digunakan akan amat menentukan jenis pesawat. Untuk GoPro Hero 3+ seperti yang digunakan Darwin, cukup ideal dengan phantom quadcopter yang berbaling-baling empat.
”Jika kameranya besar seperti Canon EOS 5D, butuh pesawat lebih besar, misalnya octocopter (berbaling-baling delapan),” kata Darwin.
Karena kamera yang digunakan tidak bisa mengatur zoom-in dan zoom-out seperti kamera kebanyakan serta tidak menggunakan lensa yang bisa diganti-ganti, kemampuan mengendalikan pesawat dan sudut kamera menjadi sangat dibutuhkan. Seni itulah yang menjadi pengukur kualitas seorang aerial photographer.
Berbagai cerita unik pun mewarnai perjalanan seorang Darwin Prawira dalam mendapatkan foto-foto udara. Di Madura, misalnya. Saat memotret sisi Jembatan Suramadu, tiba-tiba angin kencang menerpa dan pesawat kehilangan kendali.
Darwin sempat kebingungan karena tidak berhasil menemukan posisi pesawatnya. ”Ternyata sama nelayan diberi tahu, pesawat saya nyangkut di pohon. Hampir saja nyebur ke laut,” kenang dia.
DESING baling-baling phantom quadcopter menarik perhatian pengunjung Graha Pena, Surabaya, Selasa (3/6). Satu per satu mendekat, ikut mengintip di
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala