Otoritas Papua Nugini Tidak Akan Gunakan Kekerasan pada Pengungsi Di Pulau Manus
Volker Turk, asisten komisaris tinggi untuk perlindungan di UNHCR, meminta kedua pemerintah untuk menahan diri dan tidak menggunakan kekerasan, dengan mempertimbangkan orang-orang yang telah berada di pusat pemrosesan selama bertahun-tahun.
"Orang-orang ini berada dalam keadaan yang sangat rentan dengan tidak banyak harapan yang terlihat," katanya.
"Kami telah mengunjungi Pulau Manus beberapa kali selama beberapa tahun terakhir, kami telah melaporkan kondisi yang sangat mengerikan di pusat-pusat ini. Sekarang benar-benar saatnya untuk mengakhiri penderitaan manusia yang tidak terhitung banyaknya ini."
Rekaman yang dirilis minggu ini oleh kelompok aktivis GetUp menunjukkan kondisi kotor di dalam kamp, di mana ratusan orang telah hidup tanpa pasokan listrik, air atau makanan.
Sementara di Sydney, sekitar 200 massa pengunjuk rasa telah menargetkan aksi mereka pada event penggalangan dana Partai Liberal, mereka melontarkan seruan protes kepada para tamu yang datang di acara itu dan menuntut agar pengungsi yang tersisa di Pulau Manus diizinkan untuk menetap di Australia.
Kakak perempuan mantan Perdana Menteri Tony Abbott, yang juga Dewan Penasihat Kota Sydney, Christine Forster, sempat sobek jaketnya saat berusaha menerobos barisan massa pengunjuk rasa untuk menghadiri acara tersebut.
Chirstine Forster harus dibantu menerobos kerumunan massa pengunjuk rasa oleh polisi, yang membentuk rantai manusia untuk melindungi tamu dari beberapa ratus pemrotes.
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata