Otto Syamsuddin Ishak, Pria yang Rela Jadi Investigator Kasus-Kasus HAM
Rela Bertahun-tahun Tak Disapa Anak-anaknya
Kamis, 16 Juni 2011 – 08:08 WIB
Salah seorang anaknya sampai ngambek dan enggan berbicara dengan Otto. Hal itu terjadi bertahun-tahun. "Pokoknya, setiap saya hendak berangkat, istri hanya pesan hati-hati Bang tanpa tahu tujuan saya ke mana," ungkapnya.
Keluarga besar Otto juga cemas. Sebab, kakek Otto pernah meninggal dalam perjuangan melawan Belanda. "Apa kau mau bernasib macam kakekmu?" kata Otto menirukan nasihat pamannya.
Tapi, berbekal tekad, langkah Otto tak surut. Caranya bertahan dan masuk ke komunitas-komunitas asli Aceh juga unik. Misalnya, dia tak pernah mau berfoto bersama. Baik dengan TNI maupun dengan warga Aceh. "Coba cari foto saya saat itu, sama sekali tak ada. Orang tahu nama saya, tapi tak tahu yang mana wajahnya," tegasnya.
Dia juga melarang sumber-sumbernya memberi tahu kekuatan militer masing-masing. "Kalau misalnya pasukan GAM memberi tahu jumlah senjatanya, saya langsung pergi. Saya tak ingin itu membahayakan mereka karena siapa jamin saya tak buka rahasia kalau ditangkap," ujarnya.
Selama puluhan tahun Otto Syamsuddin Ishak akrab dengan tubuh terluka, diintimidasi, diculik, bahkan hampir mati. Tapi, itu sama sekali tak menggoyahkan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408