Otto Syamsuddin Ishak, Pria yang Rela Jadi Investigator Kasus-Kasus HAM
Rela Bertahun-tahun Tak Disapa Anak-anaknya
Kamis, 16 Juni 2011 – 08:08 WIB

Otto Syamsudin Ishak, investigator dan pendamping kasus kasus hak asasi manusia saat menjadi instruktur kelas investigasi Jumat (17/06) lalu. Foto : Ridlwan/Jawa Pos
Pulang ke Indonesia, Otto terus aktif mengadvokasi hak-hak sipil. Dia sangat bahagia ketika suatu hari anaknya menelepon dan meminta maaf sambil menangis. "Tampaknya, dia iseng-iseng ketik nama Otto di Google, lalu pahamlah dia apa profesi bapaknya," tuturnya. Aktivitas terbaru Otto saat ini adalah mendampingi aktivis di Papua. "Sampai sekarang saya masih hilir mudik di Bumi Cenderawasih," katanya.
Dia kerap bertemu aktivis-aktivis Organisasi Papua Merdeka (OPM) di gunung-gunung, lengkap dengan persenjataan mereka. "Yang ini belum bisa diceritakan secara detail dulu," ujarnya.
Secara khusus, Otto mengkritik jurnalis yang enggan melakukan prinsip investigasi. Media, kata dia, lebih cenderung tak mau bersusah payah menembus narasumber untuk menggali informasi secara utuh.
"Misalnya, dalam kasus terorisme, media hanya mengutip polisi. Tidak ada yang mengadvokasi korban. Misalnya, setelah seseorang ditembak Densus, apa yang terjadi di keluarga itu," tegasnya.Hal itu membuat masyarakat jenuh. "Jurnalisme yang hanya bersumber katanya orang dengan sendirinya akan ditinggalkan warga. Masyarakat sekarang sudah cerdas," ujarnya. (c5/kum)
Selama puluhan tahun Otto Syamsuddin Ishak akrab dengan tubuh terluka, diintimidasi, diculik, bahkan hampir mati. Tapi, itu sama sekali tak menggoyahkan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara